PROVINSI NTB O leh BPS PROVINSI NTB Mataram 8 Mei 201 5 OUTLINE PAPARAN 1 2 3 5 2 Tujuan Pembangunan Kesejahteraan Sesuai dengan Pembukaan UUD ID: 931440
Download Presentation The PPT/PDF document "PENYUSUNAN INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL (..." is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.
Slide1
PENYUSUNAN INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL (IPR) PROVINSI NTB
Oleh:BPS PROVINSI NTBMataram, 8 Mei 2015
Slide2OUTLINE PAPARAN
1235
2
Slide3- Tujuan Pembangunan Kesejahteraan (Sesuai dengan
Pembukaan UUD1945, alinea IV).Tidak mudah untuk mengukur kemajuan pembangunan serta keterbandingannya antar daerah.Alat Ukur Kinerja Pembangunan: indikator tunggal, indikator komposit??
I. Pendahuluan
Slide4Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kelemahan : tingginya nilai PDRB tidak menjamin tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Mengukur 3 aspek utama pembangunan manusia (UNDP, 1990) yaitu pengetahuan (knowledge), Peluang Hidup (Longevity) dan hidup layak (decent living). Alat Ukur Kinerja Pembangunan Yang Sering digunakan
Slide5Latar Belakang Penyusunan IPREvaluasi
terhadap kinerja pembangunan NTB diharapkan mencakup sebanyak mungkin aspek-aspek yang dapat menggambarkan kondisi dan perkembangan suatu daerah.“Semakin banyak dimensi/variable/indikator yang dilibatkan untuk mengukur kinerja pembangunan, maka akan memberikan hasil yang mendekati benar (Kerlinger
, 1995)”.
Slide6Indeks Pembangunan Regional (IPR) Mengukur kinerja pembangunan wilayah dari berbagai dimensi (BPS, 2009)
, serta mampu memotret perbedaan tingkat pembangunan baik antar wilayah maupun antar waktu.Ada pembeda pengukuran pencapaian pembangunan daerah karena kinerja pembangunan yang diukur mencakup banyak aspek, sementara IPM mengukur kinerja pembangunan dengan pendekatan kualitas manusia (human), sehingga IPR dimaksudkan untuk melengkapi ukuran IPM yang ada.
Kenapa IPR??
Slide7Tujuan Penyusunan IPR (1)
Secara umum :Penyusunan Indeks Pembangunan Regional (IPR) Provinsi NTB Tahun 2013 untuk mengukur kinerja pembangunan antar wilayah dan antar waktu di Provinsi NTB.
Slide8Secara Khusus:Membandingkan kinerja pembangunan regional
antar kabupaten/kota.Melihat perkembangan kinerja pembangunan regional pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2011-2014.Mengidentifikasi kabupaten/kota dengan kinerja pembangunan regional terbaik dan terburuk pada setiap dimensi pembangunan.Menawarkan ukuran alternatif
untuk evaluasi kinerja pembangunan bagi perumus kebijakan.
Tujuan Penyusunan IPR (2)
Slide9II. Tinjauan Pustaka
Wang (2007) dalam publikasi ADB Institute Discussion Paper no. 66 berjudul “Who’s in First? A Regional Development Index for the People’s Republic of China’s Provinces”. Penyempurnaan penyusunan Indeks Pembangunan Regional (BPS, 2010), menentukan lima dimensi pembangunan yang mencakup Dimensi Ekonomi, Dimensi Sosial, Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik, Dimensi Kualitas Lingkungan Hidup, dan Dimensi Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Slide10Pohon IPR10
IPREKONOMIINFRASTRUKTUR & PELAYANAN PUBLIK
KUALITAS LINGKUNGAN HIDUPTEKNOLOGI, INFORMASI & KOMUNIKASI
SOSIAL
Slide11Pohon Dimensi Ekonomi
EKONOM
I
PENDAPATAN & URBANISASIKETENAGAKERJAAN
Daya Beli
PPP per kapitaUrbanisasi
Pekerja formalPekerja
fulltime
Pkrj dgn upah > UMP
PAD per penerimaan
PMTB thd PDB
Kontribusi Tersier thd PDB
KEMAMPUAN KEUANGAN, INVESTASI & STRUKTUR EKONOMI
Slide12Pohon Dimensi Sosial
12
SOSIAL
PENDIDIKAN
KESEHATAN
RLS / MYS
AMH
AHH
KEPENDUDUKAN
SOSIAL LAINNYA
APS 7 – 12 thn
APS 13 – 15 thn
APS 16 – 18 thn
Pddk tamat PT/Univ
Pddk tdk sakit
Balita diimunisasi
Pertumbuhan pddk
Ratio ketergantungan
TFR
Persepsi keamanan baik
Pddk bukan korban kejahatan
Pddk tidak miskin
Slide13Pohon Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik
INFRASTRUKTUR & PELAYANAN PUBLIK
PENDIDIKAN
KESEHATAN
Rasio murid/kelas SD
Rasio murid/kelas SMP
Rasio murid/kelas SMU
Rasio tempat tidur RS per pddk
Rasio puskesmas per pddk
RT dgn listrik
Rasio kantor bank per kecamatan
INFRASTRUKTUR & PELAYANAN PUBLIK LAIN
Ratio dokter per pddk
Persalinan balita oleh tenaga medis
Pddk berobat ke RS dan dokter
Lahan sawah beririgrasi
Panjang jalan diaspal
Slide14Pohon Dimensi Lingkungan Hidup
LINGKUNGAN HIDUP
PENCEMARAN UDARA
Konsentrasi NO
2 di udara
PENCEMARAN AIR/TANAH
Konsentrasi SO2 di udaraDesa tdk mengalami pencemaran udara
Konsentrasi BOD pada air sungai
Konsentrasi COD pada air sungai
Konsentrasi DO pada air sungai
Desa tdk mengalami pencemaran air
Desa tdk mengalami pencemaran tanah
RT dengan akses air minum bersih
RT dengan akses sanitasi layak
Slide15Pohon Dimensi Teknologi, Informasi dan Komunikasi15
I
NFORMASI, TEKNOLOGI & KOMUNIKASI
TEKNOLOGI
INFORMASIRT dengan PC/Laptop
RT Akses InternetPddk mendengarkan radio
Pddk nonton tv
Pddk baca koran
Rasio kantor pos/desa
RT menguasai tlp
RT Menguasai HP
KOMUNIKASI
Slide16III. Metodologi Penyusunan IPR
1
. Sumber DataData BPS, baik dari hasil
sensus maupun survei, sedangkan data lainnya diperoleh dari dinas/instansi lainnya.Dilakukan interpolasi/proxy
pada data yang tidak tersedia secara kontinyu setiap tahun
.2. Transformasi Indikator : Metode Max-Min.Pembobotan
Indikator
:
Metode
Korelasi
.
Pembobotan
Subdimensi
:
M
etode
Equal Weighting
(EW);
semua
variabel
diberikan
penimbang
yang
sama
.
Ini
menunjukkan
bahwa
semua
variabel
sama
“
penting
”.
Pembentukan
IPR dan Dimensi
IPR
:
Agregasi Linier
(LA)
digunakan
jika setiap indikator memiliki ukuran yang sama dan mendasarkan pada proporsionalitas bobot indikator, Dalam LA, pengaruh perbedaaan nilai indikator bersifat
konstan
.
IV. Outline Penulisan IPR 2014Bab I. PendahuluanBab II.
Tinjauan Pustaka Pengukuran Pembangunan RegionalBab III. Kerangka Penyusunan Indeks Pembangunan Regional (IPR)Bab IV. Metodologi Penyusunan Indeks Pembangunan Regional (IPR)Bab V. Kinerja Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat Bab VI. Kesimpulan dan Saran
Slide18Jadwal Penyusunan IPR 2014
KegiatanMaret 2015April 2015Mei 2015Juni 2015Juli 2015Agustus 201
5September 2015
Oktober 2015
IIIIIIIVI
IIIIIIVIII
IIIIVIIIIII
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Persiapan
Pengumpulan Data
Validasi Data
Kompilasi Data
Pengolahan Data
Tabulasi Data
Analisis IPR
Penyusunan Publikasi
Pencetakan Publikasi
Slide19V. Evaluasi Penyusunan IPR 2013Terdapat beberapa
indikator yang tidak tersedia sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai bagian penghitungan komposit sub dimensi IPR. Indikator tersebut adalah indikator lingkungan hidup yang bersumber dari data Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dan Penelitian (BPLHP). Pada sub dimensi pencemaran udara hanya tersedia satu
dari tiga indikator yaitu persentase desa yang tidak mengalami pencemaran
udara dan pada sub dimensi pencemaran air/tanah dari 7
indikator hanya tersedia empat indikator saja yaitu persentase
desa yang tidak mengalami pencemaran air, persentase desa yang tidak mengalami
pencemaran tanah, persentase rumah tanggga yang mengakses air bersih
dan
persentase
rumah
tanggga
dengan
sanitasi
layak
,
maka
dalam
penghitungan
bobotnya
,
dua
sub
dimensi
lingkungan
hidup
tersebut
digabung
menjadi
satu
sub
dimensi
menjadi
sub
dimensi
pencemaran
udara
,
tanah
dan
air
.
Keterbatasan
indikator
dimensi
lingkungan
hidup
tersebut
menyebabkan
nilai dari dimensi
lingkungan hidup tersebut
tidak dapat terbanding
dengan
nilai
dimensi
lingkungan
hidup
provinsi
lainnya
.
Slide20Evaluasi Penyusunan IPR 2013Selain itu, terdapat beberapa
indikator yang bersumber dari data yang tidak tersedia secara kontinyu setiap tahun, seperti data yang bersumber dari Podes dan Susenas Modul Sosial Budaya dan Perumahan (MSBP) serta parameter demografi yang bersumber dari data Sensus Penduduk 2010 (SP2010), sehingga dilakukan interpolasi/proxy agar indikator tersebut bisa tersedia sampai
dengan periode yang diinginkan.Tidak lengkapnya indikator pada
dimensi lingkungan hidup menyebabkan penghitungan IPR NTB tidak
melibatkan dimensi lingkungan hidup (agar dapat terbanding secara
nasional).
Slide21Capaian Kinerja Pembangunan Regional Provinsi NTB 2013
Slide22IPR (Tanpa Dimensi Kualitas Lingkungan Hidup) Tahun 2008 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide23IPR (Tanpa Dimensi Kualitas Lingkungan Hidup) Tahun 2009 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide24Perkembangan IPR NTB (Tanpa Dimensi Kualitas Lingkungan Hidup) dan Dimensi Pembentuknya, Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide25IPR Dimensi Ekonomi Tahun 2008 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide26IPR Dimensi Ekonomi Tahun 2009 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide27Perkembangan IPR Dimensi Ekonomi Provinsi NTB, Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide28Perkembangan Nilai Subdimensi Ekonomi NTB, Tahun 2008-2013
Tahun Subdimensi Ekonomi Dimensi EkonomiPendapatan dan Urbanisasi
KetenagakerjaanKemampuan
Keuangan Daerah, Investasi dan
Struktur Ekonomi
(1)
(2)(3)
(4)
(5)
2008
38,18
34,77
36,10
36,30
2009
38,87
39,40
38,11
38,80
2011
39,46
54,75
50,40
48,20
2012
39,71
54,34
52,43
48,83
2013
40,24
54,81
52,75
49,27
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide29Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornyaSubdimensi Pendapatan dan Urbanisasi
NTB memiliki kemampuan daya beli yang sudah cukup baik, terlihat dari kemampuan daya belinya yang mencapai Rp. 648.659,- pada tahun 2013. Meskipun belum mencapai target maksimum daya beli (Rp. 732.720, target PJP II tahun 2018), namun NTB menunjukkan kemampuan daya beli NTB yang relatif lebih baik jika dibandingkan provinsi lainnnya (sampai dengan tahun 2013 NTB termasuk 10 besar provinsi dengan kemampuan daya beli tertinggi). Kondisi sebaliknya terlihat dari besarnya PDRB per kapita NTB yang menunjukkan nilai yang relatif rendah. Pada tahun 2008, PDRB perkapita NTB ADH berlaku dengan memasukkan sub sektor pertambangan non migas mencapai Rp.8.017.089,- kemudian meningkat menjadi Rp.11.946.495,- di tahun 2013 atau mengalami pertumbuhan 11,74 persen. Meskipun memiliki pertumbuhan yang tergolong tinggi, namun nilai PDRB NTB ternyata masih jauh tertinggal dari provinsi lainnya.
Slide30Sub dimensi ketenagakerjaan-
Persentase penduduk yang bekerja ≥ 35 jam seminggu relatif rendah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. - Sampai dengan tahun 2013, kurang dari 50 persen pekerja di NTB memiliki upah
diatas UMP. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan
ketenagakerjaan di NTB belum mampu menciptakan
kesejahteraan bagi para buruh/karyawan melalui
peningkatan pendapatannnya.Sub
dimensi kemampuan keuangan daerah,
investasi
dan
struktur
ekonomi
.
-
Persentase
kontribusi
tersier
terhadap
PDRB NTB
masih
relatif
rendah
jika
dibandingkan
dengan
provinsi
lainnya
.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide31IPR Dimensi Sosial Tahun 2008 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide32IPR Dimensi Sosial Tahun 2009 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide33Perkembangan IPR Dimensi Sosial Provinsi NTB, Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide34Kab/Kota
Subdimensi SosialSosialPendidikanKesehatanKependudukanSosial
Lainnya(1)
(2)
(3)(4)
(5)
(6)
2008
63,74
76,08
69,70
82,53
73,00
2009
63,36
79,42
70,80
82,57
74,00
2011
65,37
79,88
87,28
90,58
80,78
2012
67,78
80,35
87,98
91,29
81,85
2013
68,53
80,37
90,02
91,51
82,61
Perkembangan Nilai Subdimensi Sosial NTB
Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide35Sub dimensi PendidikanRata-rata lama sekolah
NTB masih berada pada angka 7,20 tahun.Angka melek huruf yang masih berada di kisaran 85 persen.Penduduk berusia 24 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan perguruan tinggi masih berada di bawah 10 persen.Masih rendahnya capaian
pembangunan bidang pendidikan NTB merupakan salah satu penyebab tertinggalnya capaian
bidang sosialnya jika dibandingkan dengan provinsi lainnya
, dan bahkan sub dimensi pendidikan NTB masih tertinggal jika dibandingkan
dengan Provinsi NTT.Evaluasi Kinerja Pembangunan Sosial Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide36Sub dimensi kesehatan AHH NTB pada
tahun 2013 sebesar 63,21 tahun, indikator tersebut menempatkan NTB sebagai provinsi dengan angka harapan hidup terendah di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa derajat kesehatan NTB perlu mendapatkan perhatian lebih. Persentase balita yang diimunisasi terlihat cukup menggembirakan, data Susenas 2013 menunjukkan bahwa sekitar
97,44 persen balita diimunisasi, hal ini menunjukkan upaya yang cukup
tinggi dari pemerintah daerah rangka menurunkan angka
kematian bayi dan balita yang secara tidak langsung diharapkan dapat
meningkatkan AHH NTB.Evaluasi Kinerja Pembangunan Sosial Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide37Sub dimensi kependudukan Laju pertumbuhan NTB tahun 2008 sebesar 1,61 persen diproyeksikan menjadi 0,60 persen di tahun 2035 (BPS, 2013). Sementara TFR juga diperkirakan akan menurun dari 2,72 di tahun 2010 menjadi 2,09 di tahun 2035 (BPS, 2013). Turunnya laju pertumbuhan penduduk dan TFR memperlihatkan keberhasilan pemerintah daerah dalam mengendalikan jumlah penduduk.
Rasio ketergantungan masih menunjukkan angka di atas 50 persen (52,43 persen tahun 2013). Ini artinya beban tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif masih cukup besar. Evaluasi Kinerja Pembangunan Sosial Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide38Sub dimensi sosial lainnyaPersentase penduduk miskin di NTB relatif cukup tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Provinsi NTB, NTT, Gorontalo, Maluku, Papua Barat dan Papua pada periode 2008-2009 adalah enam besar provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi.
Berbagai program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah NTB dinilai telah cukup berhasil dalam rangka penurunan tingkat kemisikinan, terlihat dari semakin menurunnya persentase penduduk miskin NTB setiap tahunnya. Persentase penduduk miskin menurun dari 22,80 persen tahun 2008 menjadi 17,25 persen di tahun 2013.Evaluasi Kinerja Pembangunan Sosial Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide39IPR Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik Tahun 2008 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide40IPR Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik Tahun 2009 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide41Perkembangan IPR Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik Provinsi NTB, Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide42Kab/Kota
Subdimensi Infrastruktur dan Pelayanan PublikInfrastruktur dan Pelayanan PublikPendidikanKesehatanInfrastruktur dan
Perjalanan Publik Lainnya
(1)(2)
(3)
(4)
(5)2008
74,63
33,04
72,89
60,20
2009
72,49
33,64
77,23
61,10
2011
76,67
41,93
87,74
68,78
2012
81,98
44,17
89,04
71,73
2013
85,65
53,71
89,53
76,30
Perkembangan Nilai Subdimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik NTB,Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide43Sub dimensi pendidikan Rasio murid terhadap jumlah kelas baik di jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA masih melebihi target minimum daya tampung kelas. Pada tahun 2013, rasio murid SD terhadap kelas sebesar 28,60 (target minimum mendiknas sebesar 28 murid per kelas), kemudian rasio murid SMP terhadap kelas sebesar 29,88 (target minimum mendiknas sebesar 28 murid per kelas), dan rasio murid SMA terhadap kelas sebesar 36,94 jauh melebihi target minimum mendiknas (32 murid per kelas).
Masih relatif tingginya rasio murid per kelas di NTB menunjukkan bahwa penyediaan sarana pendidikan di NTB masih belum memadai. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak optimal.Evaluasi Kinerja Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide44Sub dimensi kesehatan Rendahnya nilai indeks pada sub dimensi ini disebabkan oleh rendahnya rasio tempat tidur rumah sakit, rasio puskesmas dan dan rasio dokter terhadap 100.000 penduduk. Sampai dengan tahun 2013, rasio tempat tidur rumah sakit di NTB mencapai 59,95 unit per 100.000 penduduk. Kemudian rasio puskesmas baru mencapai 15,46 puskesmas per 100.000 penduduk serta rasio dokter mencapai 11,53 dokter per 100.000 penduduk.
Data susenas tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya 33,16 persen penduduk yang berobat ke RS dan Dokter, indikator ini turut berkontribusi pada rendahnya nilai dimensi infrastruktur bidang kesehatan NTB. Sementara indikator infrastruktur kesehatan yang terlihat cukup menggembirakan adalah tingginya persentase balita dengan kelahiran terakhir ditolong tenaga medis yaitu mencapai 88,26 persen di tahun 2013.Evaluasi Kinerja Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik Berdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide45IPR Dimensi Teknologi, Informasi dan Komunikasi Tahun 2008 Menurut Provinsi
Peringkat 23
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide46IPR Dimensi Teknologi, Informasi dan Komunikasi Tahun 2009 Menurut Provinsi
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Indeks Pembangunan Regional 2010
Slide47IPR Dimensi Teknologi, Informasi dan Komunikasi Provinsi NTB Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Slide48Kab/Kota
Subdimensi Teknologi, Informasi, dan KomuniasiTeknologi, Informasi, dan KomuniasiTeknologiInformasiKomunikasi
(1)(2)
(3)
(4)
(5)2008
6,13
39,60
36,23
27,30
2009
6,13
33,91
39,62
26,60
2011
6,48
31,32
40,15
25,98
2012
8,52
31,32
43,10
27,65
2013
9,03
31,32
44,97
28,44
Sumber: BPS, Publikasi Penyempurnaan Penyusunan IPR 2010
BPS, Hasil Olahan IPR 2013 (Nilai IPR tahun 2011-2013)
Perkembangan Nilai Subdimensi TIK NTB
Tahun 2008-2013
Slide49Rendahnya nilai dari sub dimensi teknologi NTB, disebabkan oleh kecilnya persentase persentase rumah tangga yang menguasai PC/laptop/notebook dan rendahnya persentase rumah tangga dengan minimal 1 art yang mengakses internet. Berdasarkan data susenas, masing-masing indikator tersebut baru mencapai 9,53 dan 8,53 persen di tahun 2013. Sementara rendahnya nilai pada sub dimensi informasi disebabkan oleh rendahnya persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang mendengarkan siaran radio (8,71 persen tahun 2013) dan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang membaca surat kabar (7,22 persen tahun 2013), sedangkan untuk penduduk usia 10 tahun ke atas yang menonton siaran TV sudah menunjukkan persentase yang cukup tinggi (86,04 persen).
Evaluasi Kinerja Pembangunan TIKBerdasarkan nilai subdimensi dan indikatornya
Slide50Kabupaten/Kota
IPR Gabungan Semua DimensiIPR tanpa Dimensi Kualitas Lingkungan HidupPeringkat
Indeks
Peringkat
Indeks
2011
20122013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Lombok Barat
5
5
6
59,21
60,54
61,86
5
4
4
54,84
56,53
57,61
Lombok Tengah
7
8
7
58,55
59,50
61,33
7
7
7
54,11
54,83
56,72
Lombok Timur
8
7
8
58,13
59,66
61,12
8
9
8
52,81
53,63
55,72
Sumbawa
4
4
3
60,77
60,80
63,52
4
6
3
55,05
55,14
58,09
Dompu
6
6
5
58,99
60,02
61,86
6
5
6
54,15
55,65
56,90
Bima
9
10
10
55,69
56,75
57,37
10
10
10
49,69
50,66
51,33
Sumbawa Barat
3
3
4
61,39
62,73
63,06
3
3
5
55,44
56,98
57,00
Lombok Utara
10
9
9
55,41
58,28
58,75
9
8
9
49,85
53,83
54,88
Kota Mataram
1
1
1
71,46
73,26
73,35
1
1
1
68,03
69,90
69,68
Kota
Bima
2
2
2
67,88
68,52
70,12
2
2
2
64,67
65,11
66,52
Peringkat IPR Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2011-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide51Kabupaten/Kota
PeringkatIndeks Dimensi Ekonomi2011201220132011
2012
2013
(1)(2)
(3)
(4)(5)
(6)
(7)
Lombok Barat
3
3
3
53,88
52,27
54,12
Lombok Tengah
5
6
7
45,28
45,33
45,40
Lombok
Timur
4
4
5
49,08
49,23
51,07
Sumbawa
6
5
4
44,83
45,67
51,57
Dompu
7
7
6
44,45
43,07
45,77
Bima
10
10
10
37,21
37,11
37,15
Sumbawa Barat
8
8
8
43,69
41,03
43,16
Lombok Utara
9
9
9
39,90
40,66
39,29
Kota Mataram
1
1
1
75,46
76,39
75,58
Kota
Bima
2
2
2
65,30
66,88
65,07
Peringkat IPR Dimensi Ekonomi
Menurut Kabupaten/Kota,Tahun 2011-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide52Kabupaten/Kota
Pendapatan dan UrbanisasiKetenagakerjaanKemampuan Keuangan Daerah, Investasi
dan Struktur
Ekonomi
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Lombok Barat
46,42
46,84
47,31
61,09
57,93
61,55
54,15
52,04
53,51
Lombok Tengah
39,75
40,30
40,76
42,93
42,09
40,88
53,18
53,60
54,56
Lombok
Timur
46,84
47,24
48,21
54,02
53,95
56,69
46,38
46,51
48,30
Sumbawa
41,75
42,33
42,93
51,98
52,86
50,87
40,77
41,81
60,93
Dompu
38,40
38,99
39,50
45,15
41,77
48,46
49,80
48,46
49,35
Bima
31,45
31,97
32,51
34,71
34,66
33,16
45,47
44,71
45,78
Sumbawa Barat
56,42
51,33
52,17
48,90
54,97
56,51
25,74
16,78
20,79
Lombok Utara
34,34
34,75
35,16
35,68
38,75
35,18
49,68
48,48
47,52
Kota Mataram
67,79
68,20
68,88
93,13
94,84
89,09
65,44
66,14
68,78
Kota
Bima
56,26
56,75
57,16
78,00
80,41
75,02
61,65
63,48
63,04
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Perkembangan Nilai Subdimensi
Ekonomi
Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 20
11-2013
Slide53Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten/KotaTiga besar Kabupaten
/kota dengan kinerja pembangunan ekonomi relatif tinggi : Kota Mataram, Kota Bima dan Lombok Barat.Kota Mataram memiliki skor yang relatif tinggi pada sebagian besar indikator di setiap sub dimensinya. Misalnya tingkat urbanisasi yang telah mencapai
skor tertinggi (100) dan kontribusi sektor tersier dalam PDRB yang mencapai
lebih dari 70 persen .Capaian
kinerja ekonomi Kota Bima yang relatif tinggi disebabkan oleh kontribusi
sektor tersier dalam PDRB yang mencapai lebih dari 70 persen
serta lebih dari 50 persen pekerja di Kota Bima
memiliki
upah
di
atas
UMK.
Kabupaten
Lombok Barat
juga
memiliki
indikator
ketenagakerjaan
yang
cukup
baik
,
ditunjukan
dengan
persentase
penduduknya
yang
lebih
dari
60
persen
bekerja
di
atas
jam
kerja
normal.
Selain
itu
persentase
PAD Lombok Barat yang
relatif
tinggi
yaitu
mencapai
lebih
dari
10
persen
dari
total
penerimaan
daerahnya
.
Dua
indikator
tersebut secara tidak
langsung
mendongkrak
nilai
indeks
dimensi
ekonomi
di
kabupaten
tersebut
.
Slide54Tiga besar Kabupaten/kota dengan kinerja pembangunan
ekonomi relatif rendah : Kabupaten Bima, Lombok Utara dan Sumbawa Barat.Capaian kinerja ekonomi Kabupaten Bima dan Lombok Utara relatif rendah, disebabkan oleh rendahnya skor pada semua sub dimensi ekonomi. Indikator yang cukup rendah capaiannya di Kabupaten Bima
dan Lombok Utara adalah daya beli masyarakat dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Rendahnya
daya beli menunjukkan bagaimana program pemerintah belum mampu menstimulasi perekonomian dalam mendorong daya beli masyarakat. Disamping
itu, tingkat urbanisasi di dua kabupaten tersebut juga
relatif rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/
kota lainnnya di NTB. Tingkat urbanisasi yang rendah menunjukkkan bahwa pembangunan
ekonomi
dan
infrastruktur
pada
dua
kabupaten
/
kota
tersebut
belum
mampu
mendorong
terciptanya
penduduk
yang
lebih
maju
dan
modern.
Kabupaten
Sumbawa Barat yang
memiliki
skor
yang
relatif
cukup
tinggi
pada
sub
dimensi
pendapatan
dan
urbanisasi
namun
memiliki
kinerja
bidang
ekonomi
yang
relatif
rendah
.
Rendahnya
kinerja ekonomi
Kabupaten
Sumbawa Barat
disebabkan
oleh
skor
yang
cukup
rendah
pada
sub
dimensi
kemampuan
keuangan
daerah
,
investasi
dan
struktur
ekonominya
,
yaitu
pada
indikator
kontribusi
PMTB
terhadap
PDRB yang memiliki persentase
cukup kecil. Indikator tersebut
menunjukkkan bahwa kebijakan
ekonomi di kabupaten tersebut
belum mampu merangsang para investor
untuk berinvestasi. Indikator
lainnnya yang nilainya relatif
cukup rendah di kabupaten tersebut
adalah persentase kontribusi tersier
terhadap PDRB yang hanya berkisar 3 sampai 6
persen pada periode 2011-2013.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten/Kota
Slide55Kabupaten/Kota
PeringkatIndeks Dimensi Sosial2011201220132011
2012
2013
(1)(2)
(3)
(4)(5)
(6)
(7)
Lombok Barat
9
10
9
80,26
80,39
81,10
Lombok Tengah
6
6
6
80,54
81,44
81,90
Lombok Timur
4
4
4
80,82
82,21
82,52
Sumbawa
3
3
3
81,61
82,75
83,38
Dompu
5
7
5
80,62
81,21
82,06
Bima
10
8
10
79,78
80,73
80,21
Sumbawa Barat
8
5
7
80,31
81,73
81,68
Lombok Utara
7
9
8
80,38
80,60
81,24
Kota Mataram
1
1
1
86,88
88,24
88,80
Kota Bima
2
2
2
84,83
85,87
85,55
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Peringkat IPR Dimensi Sosial
Menurut Kabupaten/Kota,Tahun 2011-2013
Slide56Kabupaten/Kota
PendidikanKesehatanKependudukan
Sosial Lainnya
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Lombok Barat
61,43
60,10
62,33
82,90
83,65
83,38
89,48
89,80
90,24
88,26
88,82
88,99
Lombok Tengah
60,56
62,48
62,74
79,30
79,92
80,63
89,45
89,84
90,28
93,10
93,50
93,67
Lombok
Timur
61,76
67,40
68,57
80,17
79,09
78,83
87,31
87,63
87,93
93,78
94,26
94,05
Sumbawa
67,89
68,69
69,32
78,50
80,84
81,91
87,11
87,63
88,05
93,33
93,89
93,99
Dompu
71,66
69,85
71,88
81,13
83,46
84,00
73,48
74,20
74,63
95,25
96,00
96,09
Bima
67,47
69,84
69,26
79,99
80,28
77,93
75,62
76,20
76,67
93,85
94,12
94,19
Sumbawa Barat
70,47
72,52
72,28
80,32
83,54
81,84
78,87
78,89
79,72
95,33
95,51
95,96
Lombok Utara
60,45
59,51
61,99
81,47
81,67
81,04
87,85
88,49
88,80
91,91
92,53
92,69
Kota
Mataram
75,91
79,39
79,47
83,40
84,22
85,64
95,73
95,88
95,95
94,09
94,79
95,25
Kota
Bima
77,02
79,33
78,37
81,68
82,83
81,71
88,31
88,70
89,08
92,42
92,51
92,67
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Perkembangan Nilai Subdimensi Sosial Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 20
11-2013
Slide57Evaluasi Kinerja Pembangunan Sosial Kabupaten/KotaSecara umum selama
periode 2011-2013, semua kabupaten/kota di NTB memiliki nilai indeks dimensi sosial yang relatif cukup baik yaitu berkisar antara 79 sampai 89. Jika diperingkatkan maka Kota Mataram, Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa memiliki kinerja sosial yang relatif lebih baik jika dibandingkan tujuh kabupaten/kota
lainnnya di NTB. Skor pada sub dimensi pendidikan untuk
sebagian besar kabupaten/kota di NTB masih berada
di bawah nilai 70. Ini berarti pencapaian kinerja sosial di
bidang pendidikan bisa dikatakan relatif cukup rendah. Misalkan
saja, pada indikator rata-rata lama sekolah, dimana sebagian besar
kabupaten
/
kota
masih
berada
di
bawah
7
tahun
,
kecuali
Kota
Mataram
dan
Kota
Bima
yang
sudah
mencapai
9-10
tahun
.
Indikator
lain yang
masih
memiliki
capaian
cukup
rendah
adalah
angka
melek
huruf
.
Untuk
angka
melek
huruf
,
masih
ada
beberapa
kabupaten
yang
memiliki
angka
melek huruf di bawah
80 persen yaitu Kabupaten
Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Utara.
Capaian yang relatif rendah
juga
terlihat
pada
sub
dimensi
kesehatan
. P
ada
indikator
angka
harapan
hidup
,
terlihat
bahwa
angka
harapan
hidup
seluruh
kabupaten
/
kota
di NTB
juga
masih rendah
yaitu berada di bawah 70 tahun.
Slide58Sub dimensi Kependudukan : Rasio ketergantungan dari masing-masing kabupaten
/kota sebagian besar masih berada di atas 50, kecuali di Kota Mataram yang memiliki angka ketergantungan sebesar 45 persen. Sub Dimensi Sosial Lainnya : Tingkat Kemiskinan relatif tinggi, Kota Mataram dan Kota Bima sampai dengan tahun 2013 memiliki persentase penduduk
miskin yang relatif rendah jika dibandingkan kabupaten/kota lainnya di
NTB. Sedangkan Kabupaten Lombok Utara adalah kabupaten dengan persentase penduduk
miskin lebih dari 30 persen. Tingginya persentase penduduk miskin di
kabupaten Lombok Utara menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja pembangunan
sosial di Kabupaten tersebut.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Sosial Kabupaten/Kota
Slide59Kabupaten/Kota
PeringkatIndeks Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik201120122013
2011
20122013
(1)
(2)(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Lombok Barat
8
6
7
58,48
66,19
67,19
Lombok Tengah
4
5
2
66,04
66,47
73,19
Lombok
Timur
9
10
10
56,63
56,48
61,84
Sumbawa
6
8
8
64,00
62,27
66,70
Dompu
3
1
3
66,55
73,00
73,13
Bima
7
9
9
60,43
62,10
64,64
Sumbawa Barat
5
2
5
65,58
71,07
69,16
Lombok Utara
10
7
4
52,15
65,83
69,91
Kota Mataram
2
4
6
66,83
69,74
69,15
Kota Bima
1
3
1
74,63
70,29
78,95
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Peringkat IPR Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik
Menurut Kabupaten/Kota,Tahun 2011-2013
Slide60Kabupaten/Kota
PendidikanKesehatanInfrastruktur dan Perjalanan Publik Lainnya
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Lombok Barat
64,27
84,08
80,80
24,38
25,05
30,01
86,80
89,45
90,75
Lombok Tengah
88,03
87,28
93,65
24,05
24,80
37,43
86,04
87,35
88,49
Lombok
Timur
71,53
64,78
75,36
22,85
24,36
30,79
75,51
80,29
79,36
Sumbawa
87,56
82,16
92,32
35,01
33,43
36,07
69,45
71,23
71,71
Dompu
89,06
100,00
95,22
44,41
50,79
55,99
66,19
68,21
68,18
Bima
78,23
85,24
87,94
36,01
34,20
37,38
67,06
66,86
68,60
Sumbawa Barat
88,94
98,32
90,27
41,57
47,87
48,52
66,23
67,02
68,69
Lombok Utara
59,88
86,03
90,49
16,68
26,07
33,10
79,90
85,40
86,13
Kota Mataram
50,92
54,02
56,44
52,53
55,49
52,84
97,05
99,72
98,18
Kota Bima
96,73
85,61
96,01
41,64
46,23
56,94
85,51
79,02
83,89
Perkembangan Nilai Subdimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 20
11-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide61Evaluasi Kinerja Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik Kabupaten/KotaTahun 2011; Pencapaian
kinerja infrastruktur dan pelayanan publik Kota Bima dikatakan relatif baik, disebabkan oleh indikator rasio murid SD dan SMP yang berkisar 25 murid per kelasnya, rasio dokter yang mencapai 30 dokter per 100.000 penduduknya, lebih dari 50 persen penduduk Kota Bima berobat secara medis. Sementara penyebab rendahnya
nilai indeks dimensi infrastruktur dan pelayanan publik di Kabupaten Lombok Utara adalah
masih kurangnya sarana kesehatan serta rendahnya persentase
masyarakat yang berobat ke dokter dan rumah sakit. Data
susenas 2011 menunjukkkan bahwa hanya 14 persen penduduk Lombok Utara yang berobat ke
dokter /rumah sakit.Tahun 2012, tiga
kabupaten
/
kota
dengan
nilai
indeks
dimensi
infrastruktur
dan
pelayanan
publik
yang
relatif
baik
adalah
Kabupaten
Dompu
, Sumbawa Barat
dan
Kota
Bima
.
Sementara
,
tiga
kabupaten
dengan
nilai
indeks
dimensi
infrastruktur
dan
pelayanan
publik
terendah
adalah
Kabupaten
Sumbawa,
Bima
dan
Lombok
Timur. Tingginya
rasio jumlah murid SD, SMP dan SMA terhadap
jumlah kelas yang tersedia
merupakan salah satu penyebab
rendahnya
skor
pada
sub
dimensi
pendidikan
di
tiga
kabupaten
tersebut
.
Sementara
rendahnya
skor
sub
dimensi
kesehatannya
disebabkan
oleh
rendahnya
rasio
tempat
tidur
rumah
sakit, rasio puskesmas serta rasio
dokter terhadap 100.000 penduduknya.
Slide62Tahun 2013 : Tiga kabupaten dengan nilai indeks relatif tinggi pada dimensi infrastruktur dan pelayanan publik adalah Kota Bima, Lombok Tengah dan Dompu. Sementara tiga kabupaten/kota yang memiliki nilai indeks infrastruktur terendah masih sama dengan kondisi tahun 2012 yaitu masih berada di Kabupaten Sumbawa, Bima dan Lombok Timur. Tingginya kinerja pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik di Kabupaten Lombok Tengah karena rendahnya rasio murid SMA terhadap kelas. Selain itu, pada sub dimensi infrastruktur dan pelayananan publik lainnnya terlihat bahwa rasio bank per kecamatannya sudah mencapai target yang diharapkan, yaitu 3 bank per kecamatan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik Kabupaten/Kota
Slide63Kabupaten/Kota
PeringkatIndeks Dimensi Kualitas Pembangunan Lingkungan Hidup201120122013
20112012
2013
(1)
(2)(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Lombok Barat
9
9
9
76,68
76,58
78,85
Lombok Tengah
10
7
8
76,28
78,19
79,79
Lombok Timur
6
3
5
79,39
83,77
82,70
Sumbawa
3
4
3
83,65
83,43
85,25
Dompu
7
8
6
78,34
77,49
81,73
Bima
5
6
7
79,70
81,10
81,51
Sumbawa Barat
1
2
2
85,21
85,73
87,29
Lombok Utara
8
10
10
77,65
76,04
74,23
Kota
Mataram
2
1
1
85,21
86,72
88,03
Kota
Bima
4
5
4
80,70
82,15
84,49
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Peringkat IPR Dimensi Kualitas Lingkungan Hidup
Menurut Kabupaten/Kota,Tahun 2011-2013
Slide64Kabupaten/Kota
Pencemaran Air, Tanah dan Udara201120122013
(1)(2)
(3)
(4)Lombok Barat
76,6876,58
78,85Lombok Tengah
76,28
78,19
79,79
Lombok Timur
79,39
83,77
82,70
Sumbawa
83,65
83,43
85,25
Dompu
78,34
77,49
81,73
Bima
79,70
81,10
81,51
Sumbawa Barat
85,21
85,73
87,29
Lombok Utara
77,65
76,04
74,23
Kota
Mataram
85,21
86,72
88,03
Kota
Bima
80,70
82,15
84,49
Perkembangan Nilai Subdimensi Kualitas Lingkungan Hidup
Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 20
11-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide65Secara umum kinerja pembangunan untuk dimensi
kualitas lingkungan hidup NTB selama periode 2011-2013 relatif baik, ditunjukkan dengan nilai indeks yang berada diatas 70. Namun demikian, indikator air bersih dan sanitasi layak terlihat kurang menggembirakan. Hanya terdapat dua kabupaten/kota di NTB yang memiliki
persentase penduduk dengan akses air bersih di atas 80 persen yaitu
Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota Mataram. Sementara kabupaten/kota lainnnya, hanya
memiliki persentase dibawah 70 persen. Bahkan Kabupaten Lombok Utara pada periode
tersebut, hanya memiliki persentase penduduk di bawah 40 persen.
Indikator sanitasi layak juga menunjukkan kondisi
yang
cukup
memprihatinkan
,
yaitu
hanya
Kabupaten
Sumbawa Barat
saja
yang
memiliki
persentase
di
atas
70
persen
sedangkan
kabupaten
/
kota
lainnnya
hanya
memiliki
persentase
sanitasi
layak
di
bawah
60
persen
.
Bahkan
Kabupaten
Lombok Barat
dan
Lombok Utara
hanya
memiliki
persentase
di
bawah
40
persen
.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
Slide66Kabupaten/Kota
PeringkatIndeks Dimensi Teknologi, Informasi dan Komunikasi201120122013
2011
20122013
(1)
(2)(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Lombok Barat
6
6
6
26,72
27,25
28,02
Lombok Tengah
9
8
9
24,59
26,06
26,38
Lombok
Timur
8
7
7
24,71
26,60
27,47
Sumbawa
4
4
4
29,75
29,88
30,71
Dompu
7
9
8
24,97
25,33
26,62
Bima
10
10
10
21,34
22,71
23,33
Sumbawa Barat
3
3
3
32,18
34,11
34,01
Lombok Utara
5
5
5
26,97
28,25
29,08
Kota
Mataram
1
1
1
42,94
45,23
45,17
Kota
Bima
2
2
2
33,93
37,42
36,51
Peringkat IPR Dimensi TIK
Menurut Kabupaten/Kota,Tahun 2011-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide67Kabupaten/Kota
TeknologiInformasiKomunikasi2011
2012
2013
20112012
2013
20112012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Lombok Barat
5,83
5,44
5,06
37,07
37,07
37,07
37,26
39,26
41,92
Lombok Tengah
3,89
4,86
5,31
32,83
32,83
32,83
37,04
40,50
40,99
Lombok
Timur
2,79
5,87
7,29
35,37
35,37
35,37
35,97
38,55
39,74
Sumbawa
9,98
10,66
11,45
32,66
32,66
32,66
46,62
46,33
48,01
Dompu
4,61
4,31
4,79
35,25
35,25
35,25
35,06
36,44
39,83
Bima
1,80
3,33
2,84
31,26
31,26
31,26
30,95
33,53
35,88
Sumbawa Barat
11,80
15,91
16,34
40,63
40,63
40,63
44,12
45,78
45,05
Lombok Utara
3,21
5,12
5,31
30,14
30,14
30,14
47,56
49,50
51,79
Kota
Mataram
24,44
30,28
31,08
44,12
44,12
44,12
60,27
61,30
60,32
Kota
Bima
12,78
20,08
17,01
40,72
40,72
40,72
48,27
51,45
51,81
Perkembangan Nilai Subdimensi TIK
Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 20
11-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide68Pada periode 2011-2013, nilai indeks TIK kabupaten/kota di NTB
memiliki kisaran nilai indeks 21 sampai 45, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja pembangunan di bidang ini relatif cukup rendah.Tidak semua kabupaten/kota di NTB mampu beradaptasi dengan perkembangan TIK. Kabupaten/kota di NTB dengan indeks TIK yang relatif rendah adalah Kabupaten
Bima, Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu dan Lombok Tengah. Sementara, kabupaten/kota dengan
nilai indeks relatif baik adalah Kota Mataram, Kota Bima, Sumbawa Barat
dan Sumbawa. Jika dilihat perkembangan antar sub dimensi
selama periode 2011-2013, terlihat bahwa sub dimensi yang diukur berdasarkan persentase
rumah tangga dengan minimal 1 art mengakses internet dan menguasai Hp
terus
mengalami
peningkatan
di
sebagian
besar
kabupaten
/
kota
. Hal
ini
kemungkinan
disebabkan
karena
terjadi
pergeseran
dalam
hal
mengakses
informasi
dari
media
cetak
ke
media
elektronik
.
Evaluasi Kinerja Pembangunan TIK Kabupaten/Kota
Slide69Peta IPR Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide70Nilai Koefisien Korelasi Antar Dimensi IPR, Tahun 2011-2013
IPR KompositIPR Dimensi EkonomiIPR Dimensi SosialIPR Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik
IPR Dimensi Kualitas Lingkungan Hidup
IPR Dimensi TIK
IPR Komposit
1,000,920,95
0,580,64
0,94
IPR
Dimensi
Ekonomi
0,92
1,00
0,91
0,34
0,45
0,84
IPR
Dimensi
Sosial
0,95
0,91
1,00
0,43
0,62
0,90
IPR
Dimensi
Infrastruktur
dan
Pelayanan
Publik
0,58
0,34
0,43
1,00
0,20
0,42
IPR
Dimensi
Kualitas
Lingkungan
Hidup
0,64
0,45
0,62
0,20
1,00
0,67
IPR
Dimensi
TIK
0,94
0,84
0,90
0,42
0,67
1,00
Keterkaitan Antar Dimensi IPR
Nilai korelasi semua dimensi pembentuk IPR semuanya bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat serta terdapat keselarasan antara dimensi dimensi pembentuk IPR
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide71Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Hubungan
Antara IPR
dan
IPM, Tahun 2013
Terdapat hubungan yang positif antara IPM dan IPM. Semakin tinggi nilai IPM semakin tinggi pula nilai IPRnya. Nilai korelasi yang ditunjukkan oleh IPM dan IPR sebesar 0,84. Nilai ini menunjukkkan bahwa hubungan antara keduanya cukup kuat. Hal ini disebabkan karena IPM mencakup beberapa dimensi pembangunan yang terukur secara langsung oleh IPR.
Slide72Hubungan Antara IPR dan IPM
Dimensi IPRIPMIPR Total0,84IPR Dimensi Ekonomi0,69IPR Dimensi Sosial
0,83IPR Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan
Publik0,47
IPR Kualitas Lingkungan Hidup
0,81IPR Dimensi Informasi Komunikasi
dan Teknologi0,78
Nilai Koefisien Korelasi antara IPM dan Dimensi IPR, Tahun 2011-2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide73Pengelompokan Kabupaten/kota
Menurut IPR dan Pertumbuhan Ekonomi, Tahun 2013
IPR Rendah Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
IPR Tinggi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
IPR Rendah Pertumbuhan Ekonomi Rendah
IPR Tinggi Pertumbuhan Ekonomi Rendah
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Slide74Analisis Hubungan Perubahan IPR Dimensi Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Antara Reduksi Shortfall IPR Dimensi Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi, Tahun 2013
Sumber: BPS, Hasil Olahan IPR 2013
Di beberapa kabupaten/kota, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibarengi dengan peningkatan IPR dimensi ekonomi, tetapi di beberapa kabupaten/kota lainnya ternyata pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi dengan peningkatan yang tinggi pada IPR dimensi ekonominya.
Slide75VI. Kesimpulan dan RekomendasiKesimpulanSecara umum kinerja pembangunan regional Provinsi NTB yang diukur berdasarkan Indeks Pembangunan Regional (IPR) mengalami kemajuan selama periode 2008-2013.
Capaian kinerja pembangunan terbaik adalah pada pembangunan dimensi sosial. Sementara capaian yang masih relatif rendah terlihat pada kinerja pembangunan dimensi ekonomi, Infrastruktur dan pelayanan publik serta TIK.
Slide76Peningkatan pendapatan masyarakat dengan cara memperluas
kesempatan kerja sehingga akan mengurangi tingkat kemiskinan.Perbaikan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan investasi.Optimalisasi penerimaan PAD melalui peningkatan sumber-sumber penerimaan daerah terutama dari penghasilan perusahaan daerah serta peningkatan
penerimaan pajak.Perlunya peningkatan penerimaan pendapatan dari
sektor selain pertanian dan pertambangan, seperti
sektor pariwisata dengan melanjutkan program visit Lombok Sumbawa, mengingat NTB memiliki potensi yang cukup
besar sebagai daerah tujuan wisata.Peningkatan kinerja
bidang infrastruktur dan pelayanan publik, melalui
penambahan
sekolah
baru
,
penambahan
jumlah
kelas
serta
perbaikan
sekolah
yang
rusak
,
serta
penambahan
sarana
dan
tenaga
kesehatan
yang minimal
tersedia
sampai
dengan
level
desa
.
Rekomendasi
Slide77Meningkatkan pemerataan pembangunan bidang kominfo di seluruh wilayah
NTB, khususnya dalam penyediaan sarana/prasarana TIK, pengembangan kelembagaan, dan penyediaan konten informasi yang positif.Peningkatan kinerja bidang lingkungan hidup melalui peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengakses air bersih serta pentingnya sanitasi melalui kampanye pentingnya kesehatan keluarga
.8. Memperkecil angka putus sekolah dan meningkatkan
angka melanjutkan antar jenjang pendidikan melalui pemberian kesempatan
kepada masyarakat untuk terus sekolah dengan mengikuti kejar
paket bagi masyarakat yang usianya sudah melebihi batas usia
sekolah formal melalui optimalisasi program Keaksaran Fungsional (KF).
Melanjutkan
program 3A,
dalam
rangka
menurunkan
angka
kematian
bayi
(AKINO),
serta
meningkatkan
angka
melek
huruf
(ABSANO)
dan
rata-rata lama
sekolah
(ADONO).
Meningkatkan
besaran
UMP/UMR,
dalam
rangka
peningkatan
kesejahteraan
buruh
/
karyawan
.
Rekomendasi
Slide78