HYBRID WARFARE Kolonel - PowerPoint Presentation

1. HYBRID WARFAREKolonel Tek Jon K. Ginting, MMgtStud, qtc, CPPM, MAIPMAnalis Kebijakan Madya Bid. Evada Pusalpalhan Baranahan Kemhan

2. DEFINISI & TERMINOLOGI1. Belum ada definisi yang secara universal diterima, namun beberapa definisi yg dapat memberi gambaran a.l:US Joint Forces Command: any adversary that simultaneously and adaptively employs a tailored mix of conventional, irregular, terrorism and criminal means or activities in the operational battle spaceUS Army: the diverse and dynamic combination of regular forces, irregular forces, criminal elements, or a combination of these forces and elements all unified to achieve mutually benefiting effectsNATO: adversaries with the ability to simultaneously employ conventional and non-conventional means adaptively in pursuit of their objectivesEuropean Center of Excellence for Countering Hybrid Threats: methods and activities that are targeted towards vulnerabilities of the opponent  wide range of methods and activitiesTerminologi lain: irregular warfare, non-linear warfare, hybrid threats, hybrid adversary, non-traditional warfare, special warfare  sumber perdebatan karena dalam hal cara bertindak mungkin mirip, namun berbeda dalam konsep/filosofiFokus diskusi para ahli: “model perang” vs “model ancaman (yang dapat berakibat perang)”???

3. KARAKTERISTIK (1/2)Bentuk: non-standar, kompleks & cair  bias antara non-state actor & state actor, non-state actor dalam state systemMetode: kombinasi konvensional & non-konvensional (irregular)Adaptasi: fleksibel & cepatSenjata: teknologi canggih & merusakInformasi: komunikasi massa & propagandaDimensi perang: mandala konvensional, daerah dgn populasi penduduk, & komunitas internasional

4. KARAKTERISTIK (2/2)Courtesy: https://fabiusmaximus.com/2015/02/02/4gw-hybrid-warfare-innovation-77902/

5. MENGAPA HYBRID WARFARE?Polarisasi tunggal kekuatan militer dunia  sulit utk perang terbuka/ops mil konvensional“Tidak terlihatnya” peran negara (state)  proxyDampak yang masif  population centricPenggunaan sumber daya militer konvensional yang ekonomis  little green men, elite forces, hanya diperlukan di sasaran antara yg kekuatan militernya lemahBisa dilakukan dalam masa damai sekalipun  tidak mengenal batasan “war and peace time”Sasaran yang “samar”  aneksasi Rusia ke Crimea: “pembukaan” ops militer terbuka ke negara2 Baltik dgn populasi Rusia minoritas?

6. HYBRID WARFARE TOOLKITPengaruh di sektor politik, ekonomi & budayaOperasi InformasiProxi (umumnya berupa terorisme, NGO & milisi)SiberAksi klandestinDiplomasi internasionalKekuatan militer

7. Targeted StateIntermediary(state or non-state)POLA TIPIKAL HYBRID WARFARECommitting StateEkonomiPolitikKlandestinOps InfoMiliterProxi (terorime, milisi)Politik / diplomasiKlandestinOps InfoSiberPolitik / diplomasiBudayaEkonomiOps InfoSiberKlandestin1a1b2

8. ALUR TIPIKAL HYBRID WARFAREDERAJAT KETERLIBATAN NEGARATidak terlihatAgak terbukaTerbukaPENGARUH POLITIK/BUDAYA/EKONOMI:Penguasaan sektor2 penting pemerintah, sabotase, pembunuhan, penguasaan media, penyusupan agenPENGEMBANGAN PROXI:Rekrutmen & konsolidasi kader/sukarelawan, milisi, penghancuran infrastruktur pemerintah, terorismeTINGKAT INTENSITASRendahSedangSedangTinggiRendahSedangSedangINTERVENSI:Ancaman invasi & sanksi, penghancuran kekuatan militer, dukungan logistik, serangan siberTEKANAN PENANGKAL:Diplomasi int’l, isu publik ttg senjata nuklir, unjuk kekuatan, pengerahan senjata berat, peningkatan intensitas scr tertutup

9. SASARAN YANG RENTAN THDP ANCAMAN HYBRIDNegara dengan tata kelola yang belum matang  ops klandestin, siber, proxi milisiNegara dengan karakteristik beragam (etnis, bahasa, budaya, agama, dll)  pengaruh budaya, proxi milisi & terorisme melalui sentimen agama, ops infoNegara dengan ekonomi yang lemah  pengaruh sektor ekonomi, proxi di sektor ekonomiNegara berkembang (dgn kesenjangan di sektor tertentu)  ops klandestin, pengaruh sektor ekonomi, proxi ekonomi atau budaya, ops infoNegara dengan kultur birokrasi yang kurang baik  ops klandestin, siber, proxi melalui “budaya” korupsiNegara dengan tingkat kebebasan demokrasi yang tinggi  siber, ops klandestin, proxi, ops info

10. MENYIKAPI ANCAMAN/PERANG HYBRIDMemperkuat tata kelola negara  penegakan hukum yg konsisten, transparansi publik namun beberapa sektor tetap dalam pengendalian penuh negaraMemperkuat sistem pendidikan  pembentukan karakter & nasionalismeMemperkuat ekonomi  pemerataan pembangunanMenekan & menghilangkan kesenjangan  kesetaraan poleksosbud, penghapusan diskriminasiMemperkuat kultur birokrasi  penghapusan mentalitas KKNMemperkuat kemampuan siber & TI  pengendalian informasi publik, ops mil berbasis jaringanMemperkuat diplomasi internasional  hub luar negeri yg konstruktif

11. KESIMPULANIstilah “hybrid warfare” masih diperdebatkan  bergantung sudut pandang“Hybrid warfare” memiliki beberapa karakteristik  keberlangsungan, efisiensi sumda, dampak masif“Hybrid warfare” memiliki beberapa keuntungan  fleksibel & ekonomis, peran negara bisa tidak terlihat“Hybrid warfare” memiliki beberapa wahana  poleksosbudmilHampir semua negara rentan thdp ancaman atau perang hybrid  sebagai “sasaran antara” atau “sasaran utama”Terdapat beberapa langkah menyikapi ancaman perang hybrid  penguatan aspek-aspek kehidupan berbangsa & bernegara

12. DISKUSI

13. TERIMA KASIH