/
c. Difusi pasif c. Difusi pasif

c. Difusi pasif - PowerPoint Presentation

mitsue-stanley
mitsue-stanley . @mitsue-stanley
Follow
430 views
Uploaded On 2016-02-20

c. Difusi pasif - PPT Presentation

dengan fasilitas khusus toksin hidrofilpolar Toksin polarhidrofil dengan dgt 4 Å dapat melewati membran sel karena ada fasilitas molekul pembawa berupa ID: 224805

dan yang dalam sel yang dan sel dalam toksin paru pada saluran akan dengan dari polar darah pernafasan dapat

Share:

Link:

Embed:

Download Presentation from below link

Download Presentation The PPT/PDF document "c. Difusi pasif" is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.


Presentation Transcript

Slide1

c. Difusi pasif

dengan fasilitas

( khusus toksin hidrofil/polar )

Toksin

polar/hidrofil

dengan d>

4

Å

dapat

melewati membran sel karena ada

fasilitas

molekul pembawa berupa

protein dari membran sel yang

mengandung protein.

Molekul pembawa

ini akan

membawa

toksin masuk ke dalam sel. Setelah

toksin masuk ke dalam sel maka

molekul pembawa akan kembali.

Slide2

Contoh difusi pasif dengan fasilitas adalah penetrasi gula, misal glukosa, asam amino, gliserin, urea dan ion Cl ke membran sel darah merah.

Slide3

Gambar:difusi toksin ke dalam sel dengan menggunakan

molekul pembawa ( P ) sebagai fasilisator

Difusi Toksin Dengan fasilitas

Sumber : 2005,RRE/AB,SITH ITB

Sumber : Kimia Medisinal, AUP,2005 ITBSlide4

2. Difusi aktif

a. Sistem pengangkutan

/Transpor

aktif( Khusus toksin hidrofil/polar )

Dimana, - Pengangkutan berjalan dari daerah yang berkadar rendah ke tinggi - Pengangkutan membutuhkan energi yang berasal dari ATP (Adenosin Tri Posfat )

Slide5

Contoh :

Thalium

(Ti2+),

Timbal

( Pb2+), Stronsium ( Sr2+), Cadmium (Cd2+), Raksa ( Hg2+ )

diserap lewat usus dengan sistem transpor aktif.

Slide6

Gambar : Transpor toksin menggunakan energi ATP

Gambar : Fungsi membran protein : tempat masuk toksin ke dalam sel menggunakan energi ATP

Sumber : 2005,RRE/AB,SITH ITBSlide7

Tambahan:

Pertahanan tubuh oleh sistem imun

Sistem imun adalah semua mekanisme yg digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

Pertahanan terdiri atas sistem imun alamiah ( non spesifik dan didapat atau spesifik)

Sistem imun non spesifik terdiri dari :

a. Pertahanan fisik/mekanik : kulit, selaput lendir,silia saluran napas, batuk dan bersin. Kulit yang terbakar atau selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi.

b. Pertahanan biokimia

pH asam dari keringat, sekresi sebasea, berbagai

asam lemak dan enzim yang mempunyai efek

antimikrobial akan mengurangi kemungkinan infeksi

melalui kulit.

Slide8

Bahan yang disekresi mukosa saluran napas dan

telinga berperan dalam pertahanan tubuh secara

biokimia. Lisozom dalam keringat, ludah, air mata

dan air susu melindungi tubuh terhadap berbagai

kuman.

HCl dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkunga yang dapat mencegah infeksi banyak mikroorganisme.pH asam dari keringat, sekresi sebasea, berbagai asam lemak dan enzim yang mempunyai efek antimikrobial akan mengurangi kemungkinan infeksi melalui kulit.

Slide9

c. Pertahanan seluler

1. Fagosit

Berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan

fagositosis, tetapi sel utama yang berperan adalah

monosit dan makrofag dan granulosit. Fagositosis yang efektif pada invasi kuman dini akan dapat mencegah timbulnya penyakit. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut : kemotaksis, menelan, memakan ( fagositosis ), membunuh dan mencerna. Semua sel fagosit yang dapat hidup lama di

seluruh jaringan tubuh disebut reticuloendothelial

system (RES), sekarang disebut sistem fagosit

makrofag.

2. Makrofag

makrofag dapat hisup lama, mempunyai beberapa

granul dan melepaskan berbagai bahan antara lain

lisozom yang memberikan kontribusi dalam

pertahanan tubuh.

Slide10

b. Endositosis

Fagocytosis dan Pinocytosis

Bagi beberapa jenis sel berlaku pemasukan zat atau benda asing ke dalam sel dengan cara memakannya. Sel yang memakan makanan berupa butiran besar

( < 1

µ

)

, disebut

phagocytosis

, dan jika berbutiran halus disebut

pinocytosis

. Yang pertama proses makan, yang kedua proses minum sel.

Phaga

= makan;

pino

= minum;

cytosis

= masuk-keluarnya zat dengan melibatkan pecahnya membran sel, karena dibawa masuknya zat ke dalam sel menyebabkan pecahnya bagian membran yang menerima zat itu.

Phagocytosis

umum dilakukan oleh lekosit, makrofoga, sel hati, sel lemak, dan beberapa sel epitel dalam keadaan khusus

.

Pinocytosis

umum berlaku bagi sel-sel epitel, terutama pada sel dinding pembuluh kapiler darah.

Butiran lemak yang diangkut oleh darah yang disebut lipoprotein, seperti LDL (

low density lipoprotein

), dibawa masuk ke dalam sel dari plasma darah secara

phagocytosis

. Dalam satu butiran LDL itu dapat terkandung ribuan butiran kolesterol.

Slide11

Bakteri dimakan oleh lekosit dan makrofog juga secara

phagocytosis.

Setelah benda asing atau zat dibawa masuk ke dalam sel, akan masuk ke dalam lisosom, lalu dicernakan. Setelah tercerna, molekul sederhana akan berdifusi ke dalam sitoplasma. Ampas cernaan dikeluarkan dari membran sel secara

exocytosis

. Yakni, mengeluarkan zat dari sel dengan proses

cytosis. Bisa jadi ampas itu dimakan oleh makrofoga. Butiran zat yang halus sehingga dianggap larut atau membentuk koloid dalam cairan antarsel tertentu atau plasma darah, dibawa masuk ke dalam sel dengan pinocytosis. Sel-

sel dinding pembuluh kapiler darah biasa melakukan ini untuk mengangkut sari makanan dari dalam rongganya ke dalam dindingnya, lalu masuk lagi ke sel-sel jaringan lain.

Phagocytosis

dan

pinocytosis

selain harus memiliki reseptor juga mengerahkan energi.

Slide12

Gambar : Sistem fagosit makrofag (dulu disebut sistem makrofag,

sistem sel histiosit,sistem retikulo-histiosit dan sistem retikuloendotel)Slide13

Gambar : Peningkatan fagositosis (1. biasa),(2.mengikat komplemen

C3B/memakan bakteri),(3. bantuan antibodi),(4.Ada no. 2 dan 3)Slide14

Gambar : FagositosisSlide15

Gambar : sel fagosit memakan toksin

Sumber : Info@harunyahya.comSlide16

Fagositosis dan pinositosis

Sumber : 2005,RRE/AB,SITH ITBSlide17

ABSORPSI TOKSIKAN

= Proses masuknya toksin ke dalam tubuh

1. Di saluran pencernaan

(ingesti)

2. Di inhalasi ( saluran pernafasan )

3. Di Dermal ( kulit ) Slide18

ABSORBSI (Routes of Entry )

Kulit ( topikal )

Ingestion/tertelan

Inhalation/pernafasanSlide19

LUAS PERMUKAAN PARU, SALURAN PENCERNAAN DAN KULIT

Organ/Sistim Luas

Luas Permukaan Dapat

(kaki kuadrat) Dipersamakan Dengan

Paru 700 – 1100 Setengah kali luas permukaan lapangan tenis

Saluran 100 – 110 Lantai dari Garasi mobilPencernaanKulit 20 – 22 Luas permukaan alas tempat tidur/kasur

(twin-sized mattress) Slide20

B. ABSORPSI MELALUI SALURAN PERNAFASAN

Gambar : Saluran pencernaan

Sumber : Wikipedia, 2008

Slide21

Absorpsi melalui saluran cerna

Dipengaruhi oleh :

1. Faktor Biologis

pH lambung 1,3 (0,1 M )/asam, pH usus halus 5-

8/basa. Membran sel sebagian besar terdiri dari lipida dan pori-2 sel yg tersusun dari protein, Air. 2. Sifat fisik kimia toksin a. Basa lemah (mis : NH4

OH, Amin aromatik Ar-

NH

2

)

Toksin basa lemah dalam lambung (asam)

akan terjadi ionisasi menjadi NH

4

+

atau ArNH

3

+

shg ber-sifat polar dan tidak dapat menembus

membran lambung yg sebagian besar

membran selnya bersifat non polar. Basa lemah

tadi kemudian menuju usus

halus yg bersifat agak basa sehingga menjadi

bentuk tak terionisasi yang bersifat non polar yg

dapat menembus membran usus halus.

Slide22

Luka pada lambung

Sumber : www.Pengobatanalihgumelar.blogspot.com.

Sumber : Wikipedia, 2008

Slide23

b.

Asam lemah

(mis : asam benzoat, fenol )

Toksin asam lemah dalam lambung (bersifat asam)

akan dalam bentuk tak terionisasi shg bersifat non

polar dan mudah menembus membran lambung.

c. Senyawa asam kuat, basa kuat kelarutan dalam lemak sangat rendah shg sukar menembus membran saluran cerna.d. Senyawa yg sukar larut dlm air (BaSO

4

,MgO,Al(OH)

3

tidak diabsorpsi oleh saluran cerna

Toksin senyawa

Pb2+,Cr2+,Fe2+,Cd2+

diserap di

usus dg sistem

transpor aktif. Pewarna azo dan

lateks polistirena

diserap di usus lewat pinositosis

e.

Senyawa lipofilik

langsung

diserap dalam membran

saluran cerna

Slide24

B. ABSORPSI MELALUI SALURAN PERNAFASAN

gambar : Saluran pernafasan

Sumber : Wikipedia, 2008

Slide25

T

ambahan :

ANATOMI PARU

Saluran pernafasan paru ( Lung airways ) dibagi menjadi 2 bagian :

yaitu zona penghantar (conducting zona) yang berfungsi sebagai sarana penghantar aliran udara dan zona pernafasan (respiratory zone) yang berfungsi sebagai sarana untuk pertukaran udara.A. ZONA PENGHANTAR Saluran pernafasan paru bermula pada trakea, selanjutnya bercabang menjadi dua yang panjang dan penampangnya tidak sama disebut bronkus (utama) kanan dan kiri. Tempat percabangan trakea menjadi bronkus disebut karina. Bronkus bercabang secara dikotomis sampai 23 generasi. Makin ke arah

distal, volume,luas permukaan maupun luas penampang total

makin meningkat. Bronkus seperti halnya trakea mengandung

tulang rawan pada dindingnya. Kelanjutan percabangan

bronkus yang tidak lagi mengandung tulang rawan disebut

bronkiolus. Cabang bronkiolus terakhir yang tidak mengandung

alveolus pada dindingnya disebut bronkiolus terminalis. Dua

sampai tiga generasi terakhir bronkiolus mengandung alveolus

pada dindingnya dan disebut respiratoris.

Zona penghantar dimulai dari trakea sampai bronkiolus

terminalis, zona pernafasan dimulai dari bronkiolus respiratoris

sampai alveolus.

Slide26

Alveolus berupa suatu ruangan berdinding tipis dan terdiri dari gelembung-2 yang disebut sakkus alveolaris yang semuanya bermuara pada suatu saluran yang disebut duktus alveolaris.

Permukaan dinding saluran pernafasan sampai dinding bronkiolus terminalis dilapisi oleh sel epitel yang berbentuk epitel tiang berlapis semu dan epitel yang bersilia (seperti rambut halus ).Diantara sel-sel tersebut terdapat sel goblet. Sel goblet lebih banyak didapatkan di daerah proksimal (awal percabangan) daripada di distal (akhir percabangan), dan bronkiolus hanya tertinggal beberapa sel saja. Sel goblet mempunyai saluran kecil ke permukaan guna menyalurkan mukus yang diproduksinya ke lumen saluran pernafasan.

Kelenjar mukus ditemukan hanya di bronkus dan berada diantara epitel tulang rawan. Volume keseluruhan kelenjar mukus lebih besar daripada sel goblet sehingga produksi mukusnya lebih besar pula. Apabila kelenjar mukus membesar berarti aktivitasnya juga meningkat sehingga produksinya juga akan meningkat. Hal ini terjadi pada bronkitis kronis.

Mukus yang berada di saluran pernapasan akan dibawa oleh bulu getar secara ritmis ke larings kemudian dengan refleks batuk akan didorong keluar. Produksi mukus yang berlebihan tidak akan membawa akibat jelek pada penderita asalkan aktivitas bulu getar dan refleks batuknya masih baik.

Slide27

Gambar : Cilia pada sel, termasuk cilia

pada sel di saluran nafas

Gambar : Kelenjar kuning

pada trakhea

Gambar ini, yang diperbesar

5.900

kali,Memperlihatkan

sel-sel di

trakhea

(biru).

Mereka m

e

nggunakan

kelenjar mereka

(kuning)

untuk mensekresikan

suatu

Senyawa

yang terjebak di

partikel-partikel udara.

Sumber : 2005,RRE/AB,SITH ITB

Sumber : Info@harunyahya.comSlide28

B. ZONA PERNAFASAN

Zona pernafasan dimulai dari bronkiolus respiratoris. Bagian paling

akhir dari bronkiolus respiratoris berhubungan dengan alveolus melalui

duktus alveolaris. Alveolus dengan udara yang berada di dalamnya

berhubungan dengan kapiler melaui suatu lapisan tipis yang disebut sebagai membran alveolo-kapilaris.

Diameter rata-rata alveolus ialah 0,15 mm, jumlah alveolus sekitar 300 juta dengan luas permukaan sekitar 143 m2. Dinding alveolus mengandung beberapa macam sel dengan berbagai fungsi antara lain menghalau benda asing, berperan pada proses imunologis. Sel-sel tersebut adalah : 1. Sel tipe I atau pnemosit pipih (squamous pneumocity) Sel tipe I meliputi hampir 95% permukaan alveolus dan di tempat ini berlangsung pertukaran gas. Sel ini juga mempunyai sifat fagositik. 2. Sel tipe II atau pnemosit granula (granular pneumociyte) Bentuknya bulat atau kuboid. Sel ini mengeluarkan bahan yang

disebut surfaktan yang berguna untuk mempertahankan lumen

alveolus agar tidak mengempis dan tidak menunjukkan aktivitas

fagositik. Sel tipe II lebih tanah terhadap jejas ( injury) daripada sel

tipe I

Slide29

3. Makrofag alveoli

Makrofag berada dekat dengan sel tipe I, selalu aktif bergerak dan

menunjukkan aktivitas fagositik terhadap benda asing yang masuk

ke alveolus.

Makrofag dihasilkan oleh sumsum tulang dari bentuk pendahulunya

yaitu pnomosit yang selanjutnya setelah memasuki peredaran darah berubah menjadi monosit. Di samping mempunyai sifat fagositik, makrofag juga terlibat dalam proses imunologik guna melawan

benda asing yang masuk.

Gambar : Makrofag di alveoli paru-paru

Pada gambar ini anda dapat

melihat makrofag yang

berlokasi pada jaringan

paru-paru. Mereka

mengeliminasi partikel debu

di udara yang kita hirup

Sumber : Info@harunyahya.comSlide30

FISIOLOGI PARU

FISIOLOGI PARU

Fisiologi sistem pernafasan dibagi menjadi 3 bagian yaitu ventilasi, perfusi dan pertukaran gas.

1. Ventilasi paru Selama pernafasan berlangsung, udara yang masuk dan keluar paru disebut ventilasi paru. Laju aliran udara di daerah proksimal lebih cepat dibandingkan dengan di daerah distal. Laju aliran udara tergantung pada luas penampang total saluran pernafasan. Percabangan saluran pernafasan menyebabkan luas penampang total meningkat dengan cepat dari generasi ke generasi. Telah dihitung, apabila keliling percabangan generasi ke-16 dijumlah,

maka pangangnya kurang lebih 2000 kali penjang keliling trakea.

Luas penampamg total sampai generasi ke-16 perubahannya sedikit,

namun setelah generasi ke 16 luas penampangnya perubahn sangat

cepat, dianggap seperti terompet. Artinya, pada daerah proksimal

udara mengalir dengan cepat, begitu mencapai percabangan generasi

ke-16 kecepatan mualu berkurang. Implikasinya adalah partikel yang

sampai ke daerah perifer ( setelah generasi ke-16) tak dapat berlanjut

ke aran yang lebih distal karena memasuki suatu ruangan yang lebih

besar sehingga kemampuan difusinya menurun.

Slide31

a. Volume paru

Saluran udara bagian atas ( hidung ke trakea ) : 80 cc

Saluran udara bagian bawah (pita suara ke bronkioli) : 71 cc Sampai bronkioli terminalis : 43 cc

Bronkiol respiratorius : 865 cc Daerah pernafasan luas 70 m2 : 3000 cc Selama pernafasan berlangsung, volume paru sellau berubah-ubah. Mengembang sewaktu isnpirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal, pernafasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari. Volume udara yang keluar masuk paru saat bernafas biass disebut volume tidal (Tidal Volume-TV). Dengan usaha aktif, volume udara yang keluar dan masuk paruh masih dapat ditambah. Volume udara

tambahan yang masuk pada saat inspirasi cadangan ( Inspiratory

Reserve Volume – IRV). Sedangkan volume udara tambahan yang

keluar paru pada saat ekspirasi maksimal disebut volume ekspirasi

cadangan ( Expiratory Reserve Volume – ERV). Volume udara yang

dapat dikeluarkan melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya

melakukan inspirasi maksimal disebut kapasitas vital (Vital capacity –

VC ).Kapasitas vital yang diperoleh melalui ekspirasi paksa disebut

kapasitas vital paksa ( Forced Vital Capacity – FVC ).

VC = IRV + ERV + TV

Slide32

b. Ventilasi total paru dan ventilasi alveolus

Ventilasi total paru adalah volume udara yang dikeluarkan selama 1

menit. Dalam keadaan normal besarnya kurang lebih 6 liter. Volume

udara inspirasi sedikit lebih besar daripada volume ekspirasi.

Ventilasi total paru harus dibedakan dari ventilasi total elveolus karena hanya udara dalam alveolus yang ikut serta dalam pertukaran gas, sedangkan udara dalam saluran penghantar tidak ikut serta dalam pertukaran gas. Ventilasi alveolus dalam keadaan normal kurang lebih 4,2 liter, ventilasi elveolus pada inspirasi dan ekspirasi hampir sama. c. Pengukuran Fungsi paru

1. Fungsi paru statis

Parameter yang ditentukan adalah VC

2. Fungsi paru dinamis

Parameter yang ditentukan adalah :FEV1

FEV1 = Force Exporatory Volume in one second

( Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik), volume udara

yang dikeluarkan dalam 1 detik pertama

Ada beberapa interpretasi fungsi paru yang bisa dibuat di klinik :

1. Obstruksi : adalah hambatan pada aliran udara yang ditandai

dengan penurunan FEV1, VC

2. Restriksi : adalah hambatan pada pengembangan paru yang

ditandai dengan penurunan pada VC, RV dan TLC.

Slide33

d. Pertukaran gas

Fungsi paru adalah menyerap O2 dan mengeluarkan CO2. Oksigen

masuk ke darah karena difusi dari tekanan tinggi ke tekanan yang

rendah. Oksigen yang semula berada di lumen alveolus harus

menembus membran alveolo-kapiler yang tebalnya 0,5 mikron.

Gas-gas O2 dan CO2 akan menembus barier gas-darah dengan cara difusi pasif. Pemaparan melalui inhalasi berbeda dengan yang melalui ingesti ( pencernaan ) karena zat kimia yang diabsorpsi ke dalam sistem darah dari paru-paru akan melewati jantung dan kemudian terdistribusi ke organ lainnya tanpa terlebih dahulu menjalani proses

detoktifikasi di hati. Hal ini berlawanan dengan pemaparan ingesti

karena zat kimia yang diabsorpsi ke dalam darah akan langsung

dibawa ke hati untuk menjalani biotransformasi metabolik menjadi

senyawa yang kurang toksik.

Hal ini sangat mempengaruhi toksisitas toksin yang masuk melalui

inhalasi ke organ-organ lain yang akan lebih tinggi dibandingkan

melalui ingesti.

Slide34

Gambar :

Pertukaran O2 Dan CO2Dalam PernafasanSlide35

Absorpsi melalui saluran nafas

Tergantung kecepatan aliran darah paru, sifat kepolaran gas serta ukuran partikel

Tipisnya dinding paru-2 (selapis sel alveoli) yg berhadapan dg dinding kapiler darah dan luasnya permukaan paru-2 maka absorpsi melalui paru berjalan dg cepat.

a.

Gas

Gas hidrofil (SO2, H2S, NH3) cepat diserap di rongga hidung /nasofaring (yang mengandung lendir),jarang sampai pd trakea.

Gas lipofilik

(HC alifatik, HC aromatik )

akan mudah

diserap ke

dalam alveoli.

Gas iritan non polar

(O

3

)

akan masuk ke bronkiol

u

s

b

.

Uap

Uap bersifat polar

seperti PbO,HgO,CrO

dan

Uap non polar

seperti

C

2

H

5

)

4

Pb

,

CH

3

Hg

, Hg (material )

masuk sampai

alveoli.

Slide36

c.

Partikel (debu,aerosol)

:

<1

µ

: Dapat mencapai alveolus, akan diabsorpsi ke dalam sistem darah atau dibersihkan oleh sel-sel imun (makrofag) yang akan menelan partikel tersebut ( pertahanan seluler ). 1-5 µ : Diendapkan dlm trakea, bronk

us

, bronkiol

us

yang memiliki lendir dan lembab dan terdapat

silia ( seperti rambut halus ). Silia mencambuk

tanpa henti, secara perlahan menggerakkan

lendir keluar dari paru. Lendir dan partikel yang

terperangkap di dalamnya kemudian akan

ditelan atau dibatukkan keluar tubuh disebut

mekanisme bersihan mukosiliar (pertahanan

fisik/mekanik )

.

5-

3

0

µ

:

Diendapkan

terutama

di

saluran pernafasan

bagian atas yaitu

nasofaring

(rongga hidung)

dan tenggorokan,

diserap lewat epitel saluran

cerna s

e

t

e

lah

tertelan bersama

lendir

.

Slide37

Dampak pada saluran pernafasan

Efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan:

1. Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat berhenti,

sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar 3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan menjadi sempit.6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.7. Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebakan terjadinya kesuitan bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain

tidak dpaat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini memudahkan

terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara tingginya kadar SO2 dan partikel debu dengan penderita bronkitis dan emfisema. SO2 dan partikel bekerja secara sinergisme, dimana SO2 menghambat pergerakan silia sehingga mendorong bahan partikel untuk lebih banyak masuk ke paru (Mukono.2006).

Slide38

Gangguan paru yang rusak antara lain :

1. Emfisema : penyakit umum yang ditandai dengan

penghancuran/ luluhnya dinding alveolus. Perubahan ini

biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa tahun

dan mengakibatkan mengi, batuk serta berkurangnya

kemampuan untuk pertukaran gas sehingga menurunkan

kemampuan paru untuk mengoksigenasi darah dan mengeluarkan CO2.2. Bronktis kronis disebabkan oleh produksi lendir yang berlebihan di dalam bronkus dan bronkiolus karena iritasi kronis karena menghirup toksin.3. Konstriksi bronkus adalah penyempitan jalan udara sehingga menyebabkan mengi, disebabkan antara lain oleh pemaparan akut SO2 ( selama 3 menit telah berdampak).4. Edema merupakan istilah umum untuk akumulasi ( pengumpulan) cairan yang menyebabkan pembengkakan,

disebabkan toksin antara lain klorin, SO2. Kedua gas tersebut

dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah ( kapiler) di

dalam paru sehingga cairan akan bocor dan mengisi elveolus.

Slide39

Dosis-Respon Beberapa

Risk Agent

Gambar : Jaringan paru normal dan jaringan paru rusakSlide40

C. ABSORPSI MELALUI KULIT

Gambar : Penampang kulit (Anonimus, 2007)

gambar : Jalan masuk kelenjar keringat

Gambar kiri merupakan tampak dekat dari jalan

masuk

kelenjar Keringat Di sini, juga, Anda

akan mendapati bakteri seperti di tempat lain

di kulit.

Sumber : Info@harunyahya.comSlide41

Fase

Epidermis

Difusi lewat epidermis merupakan sawar terpenting terutama

s

tratum korneum yg terdiri dr beberapa

lapis sel mati yg tipis dan rapat yg berisi bahan yg resisten secara kimia. Urutan kemudahan toksin melewati skrotum : perut>telapak tangan>telapak kaki Toksin polar ( mengandung asam )Kulit mengandung kelenjar sebasea yang mengeluarkan asam-asam lemak yang melapisi kulit. Toksin yang bersifat asam akan mudah bereaksi dengan asam-asam lemak tersebut sehingga bersifat non polar dan mengalami difusi masuk ke dalam membran sel kulit pertama ( epidermis ).

Toksin non polar seperti organofosfat mudah diabsorpsi oleh dermis dan akhirnya akan didistribusikan lewat darah menuju organ-organ tubuh misalnya saraf dan otot.

Slide42

Beberapa campuran/formulasi pestisida dapat menjadi sangat berbahaya jika formulanya toksik dan mengandung solven yang larut dalam lemak seperti minyak tanah, xilen dan produk-produk petroleum lainnya yang dapat mempermudah pestisida menembus kulit.

Toksin anorganik tidak diserap oleh kulit

kekuatan penyerapan pada kulit : Toksin lipofilik > Toksin Polar

Fase

dermis :

Difusi lewat dermis yg

mengandung medium difusi yg berpori,

non selektif dan cair.

Pada kulit yang rusak/ luka berarti lapisan epidermisnya hilang dengan demikian toksin mudah masuk ke dalam kulit.

Toksin asam, basa

dapat merusak

sawar dermis

.

Toksin lipofilik dan toksin polar mudah menembus lapisan dermis.

Slide43

Setelah terabsorpsi melalui kulit dan memasuki sirkulasi sistemik, toksin kemana saja di dalam tubuh dan merusak organ serta sistem tubuh karena toksin tersebut tidak mengalami detoktifikasi terlebih dahulu di dalam hati ( biotransformasi ).

Slide44

BAB 5

DISTRIBUSI TOKSIKANSETELAH DIABSORPSI TOKSIKAN MEMASUKI DARAH DAN DIDISTRIBUSIKAN KE SELURUH TUBUH. DISTRIBUSI DILAKUKAN DENGAN CARA DIFUSI DALAM SEL.MISAL : CH3Hg TERDISTRIBUSI KE HATI DENGAN CARA DIFUSI PASIF MELEWATI MEMBRAN SEL HATI YG LIPOFILIK.KECEPATAN TOKSIN MENCAPAI ORGAN TARGET TERGANTUNG :a.BANYAK ALIRAN DARAH KE TARGET ORGAN SEMAKIN CEPAT ALIRAN DARAH KE TARGET ORGAN, DISTRIBUSI MAKIN CEPAT.KECEPATAN ALIRAN DARAH KE ALVEOLI MAKIN BESAR SHG TOKSIN BANYAK MENGALIR KE ORGAN INI.

Slide45

Plasma darah

Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena

lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90%

plasma darah adalah air.Plasma darah berfungsi mengangkat

sari-sari makanan ke sel-sel serta mebawa sisa pembakaran dari

sel ke pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat

kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.

Gambar : Susunan darah

Sumber : Wikipedia, 2008

Slide46

b.

AFFINITAS KOMPONEN ALAT TUBUH/ORGAN AFFINITAS ( KEKUATAN MENARIK ELEKTRON )

ORGAN YG TINGGI MENYEBABKAN KECEPATAN DISTRIBUSI DARAH KE ORGAN TSB JUGA SEMAKIN TINGGI MENYEBABKAN KONSENTRASI TOKSIN DALAM ORGAN TERSEBUT JUGA SEMAKIN TINGGI. HATI DAN GINJAL MEMILIKI KAPASITAS MENGIKAT/AFFINITAS BAHAN KIMIA

YG TINGGI DIBANDINGKAN ORGAN LAIN KARENA

MEMILIKI BANYAK ENZIM

YG

AKAN

MEMETABOLISIR

TOKSIN SEHINGGA MENJADI TIDAK TOKSIK BAGI TUBUH.

KARENA ITU KONSENTRASI BAHAN KIMIA TINGGI DI

KEDUA ORGAN TSB.

TOKSIN NON POLAR AKAN DIIKAT

OLEH HATI YANG MEMBRAN SEL SEBAGIAN BESAR

TERSUSUN DARI LIPIDA SEDANG TOKSIN POLAR DAN

HIDROFIL AKAN DIIKAT OLEH GINJAL YANG SEBAGIAN

BESAR MEMBRAN SELNYA TERSUSUN DARI PROTEIN.

Hg ELEMENTAL ( Hg ) DAN Hg ORGANIK (CONTOH CH3Hg)

YANG BERSIFAT NON POLAR AKAN TERDISTRIBUSI KE

DALAM HATI, SEDANG Hg ANORGANIK (MISAL HgCl) YANG

BERSIFAT POLAR AKAN TERDISTRIBUSI KE GINJAL

SEHINGGA KADAR MASING-2 TOKSIN-2 TSB DI KEDUA

ORGAN ITU TINGGI.

Slide47

CONTOH : 10 MENIT SETELAH PAJANAN TOKSIN Pb ORGANIK

MAKA KONSENTRASI DI HATI 50 KALI LEBIH TINGGI DARI DI DARAH

Slide48

c.

BARIER

(SAWAR) MEMBRAN SEL

SAWAR MEMBRAN SEL YANG SEBAGIAN BESAR BERSIFAT LIPOFILIK AKAN SULIT DITEMBUS OLEH TOKSIN YANG BERSIFAT POLAR ATAU HIDROPIL SEHINGGA DISTRIBUSI TOKSIN POLAR/HIDROFIL KE ORGAN TERSEBUT KURANG. SEBALIKNYA SAWAR YANG BERSIFAT POLAR ATAU HIDROFIL AKAN SULIT DITEMBUS OLEH TOKSIN YANG BERSIFAT LIPOFILIK SEHINGGA DISTRIBUSI TOKSIN LIPOFILIK KE ORGAN TERSEBUT KURANG. TOKSIN LIPOFILIK AKAN TERDISTRIBUSI KE JARINGAN

LEMAK. TOKSIN POLAR/HIDROFIL AKAN TERDISTRIBUSI KE

JARINGAN YG BERSIFAT POLAR/PORI-2 SELNYA BESAR

CONTOH :

SAWAR DARAH-OTAK

.

CH3Hg BERSIFAT NON POLAR DPT

MENEMBUS

MEMBRAN

OTAK/

SISTEM SARAF PUSAT

KARENA

SAWAR

MEMBRAN SEL OTAK SEBAGIAN BESAR

TERDIRI DARI LIPIDA DAN SANGAT SEDIKIT PORI-2.

KASUS

INI PERNAH TERJADI DI MINAMATA, JEPANG. TOKSIN

POLAR SULIT MENEMBUS SAWAR DARAH-OTAK SEHINGGA

SULIT TERDISTRIBUSI DI ORGAN TERSEBUT.

Slide49

Gambar : Struktur saraf

Sumber : 2005,RRE/AB,SITH ITBSlide50

Gambar : Kerusakan otak karena keracunan CH3Hg pada

orang dewasa (titik hitam) yang terlihat terlokalisasi

Gambar : Kerusakan otak karena penyakit minatama disease

kongenital (titik hitam) menunjukkan daerah kerusakan yang

menyebar seluruh otak

Sumber gambar a : Info@harunyahya.com

Sumber gambar b : Darmono, UIP, 1995

Gambar a

Gambar bSlide51

Kasus minamata, JepangSlide52

Kasus minamata, JepangSlide53

Kasus minamata, Jepang

.

Slide54

SAWAR PADA JARINGAN JARINGAN LEMAK YANG LAIN MISAL KELENJAR MAMA

.

MUDAH DITEMBUS OLEH TOKSIN NON POLAR SEPERTI DIELDRIN, DDT, POLICHLORINATED BIPHENIL ( PCB). DENGAN DEMIKIAN TOKSIN-TOKSIN LIPOFILIK TERSEBUT AKAN TERDISTRIBUSI MENUJU JARINGAN LEMAK. DISTRIBUSI TOKSIN-TOKSIN LIPOFILIK TERSEBUT JUGA MENJADI AWAL TERJADINYA PENYAKIT KANKER PADA ORGAN TARGETNYA, SEPERTI KANKER PAYUDARA. TOKSIN BERSIFAT POLAR SULIT TERDISTRIBUSI DI JARINGAN LEMAK.SAWAR GINJAL. SAWAR MEMBRAN GINJAL BERSIFAT POLAR DAN HIDROFIL SEHINGGA TOKSIN HIDROFIL SEPERTI HgCl DAPAT TERDISTRIBUSI MENEMBUS SAWAR MEMBRAN GINJAL, SEDANG TOKSIN LIPOFILIK SULIT MENEMBUS SAWAR MEMBRAN GINJAL.

Slide55

Ca payudara

Kanker payudara diawali dengan distribusi toksin lipofilik stabil ( karsinogenik kimia ) ke organ tersebutSlide56

SAWAR PLASENTA ( NON POLAR ) DAPAT MENGHALANGI TRANSFER TOKSIN KE JANIN SAMPAI BATAS TERTENTU DAPAT MELINDUNGI JANIN. CONTOH : PEWARNA MAKANAN AMARANTH ( BERSIFAT POLAR ) MISALNYA PADA JANIN HANYA 0,03% - 0,06% DARI KADAR PADA IBUNYA. SEDANG METIL MERKURI ( NON POLAR ) MEMILIKI KADAR TINGGI DALAM ALAT TUBUH

TERTENTU PADA JANIN KARENA DAPAT

MENEMBUS MEMBRAN SAWAR PLASENTA.

SAWAR ERITROSIT ( NON POLAR )

DAPAT DITEMBUS METIL MERKURI DAN SULIT

DITEMBUS MERKURI ANORGANIK SEHINGGA

KADAR MERKURI ANORGANIK DALAM ERITROSIT

HANYA SEKITAR SETENGAH DARI KADARNYA

DALAM

PLASMA DARAH (POLAR ),

SEMENTARA

KADAR METIL MERKURI DALAM ERITROSIT

SEKITAR 10 KALI KADARNYA DALAM PLASMA.

Slide57

d.

SIFAT FISIK-KIMIA TOKSIN

KESAMAAN MUATAN ( VALENSI ) ATAU ATOM

PUSAT CONTOH : TIMAH HITAM (Pb2+)

, CADMIUM (Cd2+), STRONTIUM (Sr2+) (BERVALENSI 2 ) MUDAH TERRDISTRIBUSI DAN TERTIMBUN DI TULANG YANG BANYAK MENGANDUNG Ca (BERVALENSI 2). KASUS ITAI-ITAI DISEASE DI JEPANG KARENA TOKSISITAS TULANG TERCEMAR

OLEH LOGAM Cd.

SEMUA IODIUM AKAN DIDISTRIBUSIKAN DAN

DISAMPAIKAN KE KELENJAR GONDOK

(MENGANDUNG IODIUM )

Slide58

Itai-itai disease

-Pertama ditemukan di habitat S. Jinzu di Jepang

kasus, korban merasa sakit pada tulang: daerah pinggul dan iga

Gejala mirip :rheumatik, neuralgia, neuritis

Rasa sakit pada pinggul: pinggul diangkat seperti bebek

Terjadi pada wanita umur 40 – 50 tahun, hidup dalam lokasi ytersebut >30 tahun

Penyakit terus berlanjut sampai 10 tahunTerjadi patah tulang pada beberapa lokasi: 28 pd tulang iga; dan 72 pada tulang yang lainSlide59

Pemeriksaan laboratorium

Terjadi osteo-malasea osteoporosis

Mineral terbongkar, terjadi interaksi ikatan Ca dengan Cd: Ca menurun, Cd meningkat

Ginjal tidak berfungsi: glikosuria., proteinuria

Related Contents


Next Show more