/
4/25/2013 TPK/GULA/2013 1 4/25/2013 TPK/GULA/2013 1

4/25/2013 TPK/GULA/2013 1 - PowerPoint Presentation

verticalbikers
verticalbikers . @verticalbikers
Follow
345 views
Uploaded On 2020-08-28

4/25/2013 TPK/GULA/2013 1 - PPT Presentation

TPK10TEKNOLOGI GULA Sejarah Industri Gula Indonesia Industri gula di Indonesia dimulai pada jaman penjajahan Belanda Tahun 1927 Indonesia sebagai penghasil gula terbesar dunia Salah satu varietas unggul adalah POJ Proost on Java ditemukan di Pasuruan ID: 807955

2013 gula dan tpk gula 2013 tpk dan tebu nira yang dengan untuk proses kristal rendemen sukrosa dari pemurnian

Share:

Link:

Embed:

Download Presentation from below link

Download The PPT/PDF document "4/25/2013 TPK/GULA/2013 1" is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.


Presentation Transcript

Slide1

4/25/2013

TPK/GULA/2013

1

TPK10.TEKNOLOGI

GULA

Slide2

Sejarah Industri Gula Indonesia

Industri gula di Indonesia dimulai pada jaman penjajahan Belanda.

Tahun 1927 Indonesia sebagai penghasil gula terbesar dunia.

Salah satu varietas unggul adalah POJ (Proost on Java) ditemukan di Pasuruan.Metode pemurnian Karbonatasi ditemukan oleh De Han di Indonesia dengan menggunakan bahan pemurni CO2, menghasilkan gula kristal dengan kualitas terbaik dunia.

4/25/2013

2

TPK/GULA/2013

Slide3

Jenis-jenis Gula Industri

Gula

D

ekstrosa:

gula yang terdapat pada berbagai tanaman, atau hasil hidrolisis senyawa pati. Kurang manis dibandingkan sakarosa., banyak digunakan untuk salut permen.

Gula Sirup

: gula yang berbentuk sirup, dapat diolah dari tebu, palma melalui ekstraksi dan pemekatan,serta pati (jagung, singkong) melalui proses hidrolisis dan isomerisasi menjadi senyawa fruktosa.

Gula Pasir (sukrosa)

:

merupakan senyawa karbohidrat, banyak terdapat pada batang tebu dan nira tanaman palma (kelapa, aren, siwalan dan nipah).

4/25/2013

3

TPK/GULA/2013

Slide4

Gula Merah (tanjung)

: diolah dari nira tebu tanpa proses pemurnian, banyak digunakan untuk produksi kecap.

Gula Palma : dihasilkan dari nira tanaamn palma (kelapa, aren, siwalan, nipah), berbentuk padat (gula cetak/bathok) maupun kristal (gula semut).

Gula Non-kalor : gula tanpa kalori dengan tingkat kemanisan tinggi (ratusan-ribuan) sukrosa, dihasilkan dari tanaman Stevia, Licorice dan Thaumatin, banyak digunakan untuk industri obat-obatan.

Gula Sintetis

: dibuat secara sintetis (kimia), tingkat kemanisan tinggi (ratusa-ribuan), dilarang sejak 1973 karena menyebabkan kanker.

4/25/2013

4

TPK/GULA/2013

Slide5

Grafik Produksi dan Konsumsi Gula Pasir

4/25/2013

5

TPK/GULA/2013

Slide6

Bahan baku

Tanaman tebu (Indonesia) atau beet (Eropah dan Amerika)

Tanaman Palma (kelapa, siwalan, aren dan nipah)

Sistem Produksi : awalnya PG memiliki lahan HGU, sekarang mengandalkan TRI (tebu rakyat intensifikasi) dan TRB (tebu rakyat bebas) dan sewa lahan petani.

Perubahan pengelolaan bahan baku menyebabkan rendemen tebu semakin rendah akibat teknik budidaya yang kurang optimal.

Luasan lahan tebu di Jawa semakin menurun akibat persaingan dengan industri lain, konversi ke perumahan serta petani urbanisasi (kelompok usia muda).

4/25/2013

6

TPK/GULA/2013

Slide7

Sistem Industri Gula Pasir dan kelembagaan terkait di Indonesia

4/25/2013

7

TPK/GULA/2013

Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI)

Slide8

A

. Gula Tebu

4/25/2013

8

TPK/GULA/2013

Gula pasir

Tetes (molase)

Blotong

Ampas (bagase)

Slide9

Outline Produksi Gula dan Sirup dari Tebu

4/25/2013

9

TPK/GULA/2013

PASAR

Ekstraksi

Pemekatan

Kristalisasi

Pelarutan

Pemurnian

Slide10

Tahapan Proses Produksi Gula

Penebangan dan pengangkutan (hulu)

Preparasi (persiapan)

EKSTRAKSI (Pengambilan Nira Tebu)

PEMURNIAN NIRA (Penghilangan kotoran nira)

PEMEKATAN NIRA

KRISTALISASI

Sentrifugasi

Pengeringan

Pengepakan

4/25/2013

10

TPK/GULA/2013

Slide11

Diagram Alir Alat Proses Pengolahan

4/25/2013

11

TPK/GULA/2013

Stasiun Preparasi

Stasiun Ekstraksi

Stasiun Pemurnian

Stasiun Evaporasi

Stasiun Kristalisasi

Stasiun Finishing

Slide12

4/25/2013

TPK/GULA/2013

12

Diagram Alir Bahan Selama Proses Pengolahan

Slide13

1. Stasiun preparasi

Tujuan Proses Operasi

: mempersiapkan tebu untuk digiling lebih efisien

Prinsip kerja

: pengecilan ukuran menggunakan gaya mekanis

Alat dan Mesin

:

1. Cane Table

: untuk menghamparkan batang tebu dari

lori/truck sehingga mempermudah masuk ke chain

conveyor menuju cane cutter.

2. Cane Cutter

: berfungsi untuk memotong batangan

tebu menjadi lebih pendek.

4/25/2013

13

TPK/GULA/2013

Slide14

4/25/2013

TPK/GULA/2013

14

3. Cane Shreder

: berfungsi untuk menyayat potongan

tebu menjadi serpihan tebu, sehingga meningkatkan efisiensi pemerasan (penggilingan)

Stasiun Preparasi (

Cane Table dan Chain Conveyor

)

Slide15

2. Stasiun Ekstraksi

Tujuan operasi

: untuk mendapatkan sari tebu (nira tebu) sebanyak mungkin

Prinsip kerja : serpihan batang tebu dijepit pada gilingan berkali-kali dengan memanfaatkan air imbibisi

Alat dan Mesin :

1. Unit Gilingan

: yang terdiri dari 4 baterai (@ 3 roll)

2. Chain Conveyor

: memindah ampas tebu dari gilingan

baterai ke 1 menuju 2;3;4.

3. Sprayer Imbibisi

: untuk menyemprot ampas tebu

dengan menggunakan air hangat, guna meningkatkan

efisiensi pelarutan sukrosa pada ampas tebu

4/25/2013

15

TPK/GULA/2013

Slide16

4/25/2013

TPK/GULA/2013

16

Susunan Unit Gilingan Tebu

Tujuan pemberian air imbibisi (hangat) adalah pelarutan sukrosa pada ampas sehingga residu minimal dan air imbibisi seminim mungkin

Slide17

Rendemen Tebu

Definisi rendemen

:

adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakandengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah bahwadari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Rendemen Contoh

:

digunakan untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkatrendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebangyang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

Rendemen (%) = Nilai nira (Brix) x Faktor Rendemen

4/25/2013

17

TPK/GULA/2013

Slide18

B. Rendemen Sementara

:

untuk menentukan bagi hasil gula, namun sifatnya masih sementara.

Untuk memenuhi ketentuan yang menginstruk sikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk meng-etahui berapa besar rendemen sementara tersebut.

Rendemen = Faktor Rendemen x Nilai Nira.

Sementara

4/25/2013

18

TPK/GULA/2013

Slide19

C. Rendemen Efektif

:

disebut juga rendemen nyata atau terkoreksi, merupakan rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.

Perhitungan rendemen efektif dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelashanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1kuintal tebu tersebut. Hal tersebut dapat dijelaskan sbb :

4/25/2013

19

TPK/GULA/2013

Slide20

4/25/2013

TPK/GULA/2013

20

Tebu

100 kg

Sabut

12,5 kg

Nira

87,5 kg

Air

75-80 kg

Padatan

20-25 kg

Padatan larut

18-20 kg

Padatan tak larut

2-5 kg

Diagram Kesetimbangan Massa pada Batang Tebu

Slide21

Faktor Berpengaruh Rendemen gula

Rendemen batang tebu

: umur semakin tua semakin tinggi).

Masa panen

: kemarau semakin bagus (rendemen tinggi) biasanya Mei-September.

Efisiensi gilingan

: preparasi bahan, jumlah unit gilingan dan air imbibisi yang digunakan.

Efisiensi pemurnian

: metode pemurnian (defekasi, sulfitasi, karbonatasi) serta bahan penggumpal tambahan yang digunakan (floculan).

Setiap PG mempunyai nilai Faktor Rendemen

yang ditentukan oleh P3GI, ditentukan

oleh umur dan efisiensi masing-masing

4/25/2013

21

TPK/GULA/2013

Slide22

3. Stasiun Pemurnian

Tujuan Operasi

:

memurnikan nira tebu dari kotoran (bagian tanaman dan mineral)

Prinsip Kerja

:

memisahkan kotoran dengan penyaring-an (mekanis), dan mereaksikan bahan kimia (khemis) serta penggumpalan (fisis)

Alat dan Mesin :

1. DSM Screen

: menyaring ampas tebu yang terikut , dengan melewatkan saringan miring.

2. Limemilk Tank

: melarutkan kapur tohor (CaO) menjadi susu kapur (Ca(OH)2) untuk bereaksi dengan kotoran berupa anion

 pH nira naik

4/25/2013

22

TPK/GULA/2013

Slide23

3.

Tungku Belerang

: berfungsi membakar belerang padat (S2) menjadi gas SO2 untuk bereaksidengan kation

 pH diturunkan mendekati netral (7)

4/25/2013

23

TPK/GULA/2013

Slide24

3. Clarifier

(sedimentastion tank) : berfungsi untuk memisahkan kotor-an yang terbentuk dari reaksi susu kapur dan belerang.

4. Rotary Drum Filter

: berfungsi untuk memisahkan kotoran hasil reaksi penjernihan (blotong/lumpur)

4/25/2013

24

TPK/GULA/2013

Slide25

Metode Pemurnian Gula

A. Defikasi

:

pemurnian dengan hanya menggunakan kapur tohor (CaO) dalam bentuk larutan Ca(OH)2

B. Sulfitasi

:

Pemurnian dengan menggunakan CaO dan belerang (S) dan bentuk Ca(OH)2 dan SO2 (gas)

- S2 (p) + O2

 SO2 (g) direaksikan dengan nira kotor

C

. Karbonatasi

: pemurnian menggunakan kapur dan gas CO2. CaO dan gas CO2 dihasilkan dari proses pembakaran batu kapur :

- CaCO3

 CaO + CO2 (g) - CaO + H2O  Ca(OH)2 + CO2 (g)

- Ca(OH)2 dan CO2 direaksikan dengan nira kotor

4/25/2013

25

TPK/GULA/2013

Slide26

A. Pemurnian Metode Defekasi

Merupakan proses yang paling sederhana yang pada intinya adalah memberikan susu kapur pada nira, sehingga terjadi pengendapan, kemudian dapat dipisahkan antara nira kotor dan nira jernih.

Pada proses defekasi ini nira dari gilingan dipanaskan pada temperatur 70o C kemudian dilakukan penambah-an susu kapur sehingga pH 7,8 – 8 dalam peti defekator. Kemudian dipanaskan lagi hingga titik didihnya mencapai sekitar 100 – 105o C.

Gula ini banyak dilakukan di luar negeri, karena tahap selanjutnya ada PG yang khusus mengolah menjadi gula jernih (Rafinasi)

4/25/2013

26

TPK/GULA/2013

Slide27

Reaksi penjernihan yang terjadi adalah :

P2O5 + 3 H2O 

2 H3(PO4)

3 Ca(OH)2 + 2 H3PO4

Ca5(PO4)2(p) + 6 H2O

P2O5 yang berada dalam tebu bereaksi dengan air dari nira mentah membentuk asam phospat.

Penambahan susu kapur akan mengendapkan asam phospat dalam bentuk kalsium phospat.

Dalam bentuk prakteknya proses defekasi tidak lagi digunakan karena menghasilkan gula coklat.

Biasanya kristal gula defekasi dilakukan proses pemurnian lanjutan (refinasi), banyak dilakukan di luar negeri.

4/25/2013

27

TPK/GULA/2013

Slide28

B. Pemurnian metode sulfitasi

Pemurnian dengan sulfitasi lebih baik dan banyak digunakan jika dibandingkan cara defekasi, kristal gula lebih putih

Pemurnian sulfitasi dilakukan dengan menggunakan bahan Ca(OH)2 dan gas SO2.

Penambahan Ca(OH)2 pada nira mentah dilakukan secara berlebih untuk mendapatkan suasana basa pada nira, karena pada suasana ini pengendapan kotoran yang dibawa nira akan lebih banyak.

Kelebihan Ca(OH)2 akan dinetralkan kembali oleh gas SO2 yang didapatkan dari pembakaran belerang padat.

S2(p) + O2

 SO2 (g)

SO2 (gas) +

Ca(OH)2

 Ca2(SO3) (p)

4/25/2013

28

TPK/GULA/2013

Slide29

Macam-macam Sulfitasi

1) Sulfitasi Asam

Nira mentah disulfitasi pendahuluan dengan gas sulfat pH rendah (6,5) dengan diikuti netralisasi yaitu penambahan susu kapur hingga mencapai pH 7 – 7,2.

2) Sulfitasi Netral

Nira mentah ditambah susu kapur hingga pH 8 – 8,5, kemudian dialiri gas sulfit hingga pH 7 7,2.

3) Sulfitasi Basa

Nira mentah diberi susu kapur sampai pH mencapai 10,5 kemudian kelebihan susu kapur ini dinetralkan dengan gas sulfit (SO2) hingga pH 7 – 7,2.

4/25/2013

29

TPK/GULA/2013

Slide30

C. Pemurnian metode Karbonatasi

Gula yang dihasilkan dari pemurnian cara karbonatasi lebih baik daripada proses sulfitasi karena lebih putih.

Pada prinsipnya proses ini dilakukan dengan jalan pemberian susu kapur dan selanjutnya kelebihannya dinetralkan dengan gas CO2. Reaksi adalah sebagai berikut:

CaCO3 + O2

 CaO(p) + CO2(g)

CO2(g) + H2O

H2CO3

Ca(OH)2

+ H2CO3

 CaCO3

(p) + 2 H2O

4/25/2013

30

TPK/GULA/2013

Slide31

Komposisi blotong

4/25/2013

31

TPK/GULA/2013

Slide32

4. Stasiun Evaporasi

Tujuan Operasi

: untuk menguapkan air nira tebu sehingga diperoleh nira pekat (sirup kental) siap dikristalkan

Prinsip Kerja : nira murni hasil pemurnian dipekatkan dididihkan dalam evaporator vakum.

Alat dan Mesin :

1.

Multiple effect evaporator

: berfungsi untuk menguap-kan air nira jernih sehingga mencapai konsentrasi lewat jenuh.

4/25/2013

32

TPK/GULA/2013

Slide33

4/25/2013

TPK/GULA/2013

33

Skema Kondisi Operasi Penguapan Nira di Pabrik Gula

(Quadrople Effect Evaporator)

Slide34

4/25/2013

TPK/GULA/2013

34

Pan Evaporator Pabrik Gula

Slide35

5. Stasiun Kristalisasi

Tujuan Operasi

: mengkristalan larutan gula pekat menjadi kristal sukrosa

Prindsip Kerja : sirup gula dipekatkan hingga konsentrasi padatan mencapai lewat jenuh

Alat dan Mesin :

1.Pan Evaporator

: meningkatkan konsentrasi sukrosa

hingga lewat jenuh, dan memperbesarinti kristal

sukrosa yang terbentuk.

2. Palung Pendingin

: mempercepat proses pembesaran

kristal dengan menurunkan suhu nira pekat (masse-

cuite)

4/25/2013

35

TPK/GULA/2013

Slide36

4/25/2013

TPK/GULA/2013

36

Skema Proses Kristalisasi (Pembesaran Inti Kristal)

Di Pabtik Gula

Penambahan inti

kristal (fondan)

Slide37

Proses kristalisasi

:

berubahnya molekul-molekul sukrosa dari bentuk cair ke bentuk padat pada pan kristalisasi dengan cara menguapkan airnya secara terkendali.

Terbentuknya kristal dari nira dipengaruhi oleh sifat komponen nira, khususnya sifat kelarutan bahan. Karena yang akan dibuat adalah kristal sukrosa, maka yang utama berpengaruh adalah sifat sukrosa untuk digunakan sebagai pengendali didalam proses kristalisasi.

Proses kristalisasi melewati 3 phase :

1. Phase pembentukan inti kristal.

2. Phase pembesaran kristal sampai didapat ukuran yang

dikehendaki.

3. Phase merapatkan kristal/mengakhiri konsentrasi dari

masakan (memasak tua) untuk mendapatkan hasil yang

tertinggi.

4/25/2013

37

TPK/GULA/2013

Slide38

4/25/2013

38

TPK/GULA/2013

Water Cooling Crystallizer

Air Cooling Crystallizer

Evaporator

Slide39

6. Stasiun Finishing

Tujuan Operasi

: mengambil kristal sukrosa munri dalam bentuk granular dan kering, siap dikemas dalam karung.

Prinsip Kerja : memisahkan sukrosa dengan larutan tetes dan mengeringkan kristal

Alat dan Mesin :

1.

Sentrifugal Separator

: memisahkan kristal sukrosa

dengan tetes.

2.

Drum Dryer

: mengeringkan kristal sukrosa.

3.

Packe

r : mengemas kristal sukrosa kering ke dalam

kemasan karung

4/25/2013

39

TPK/GULA/2013

Slide40

4/25/2013

TPK/GULA/2013

40

Centrifugal Separator

Slide41

Tetes (molasse)

4/25/2013

TPK/GULA/2013

41

Merupakan produk hasil samping pemisahan kristal sukrosa dari massecuite

Proses pemisahan menggunakan sentrifugal separator dan pencucian dengan steam

Hasil yang dominan oleh gula glukosa dan fruktosa

Sulit dikristalkan karena banyak kotoran

Tetes tebu

Slide42

4/25/2013

TPK/GULA/2013

42

Mesin Pengering Tipe Drum

(Drum Dryer) untuk Mengeringkan Kristal Gula Sukrosa

Slide43

Standar Kualitas Gula Pasir

4/25/2013

TPK/GULA/2013

43

Menggunakan acuan ICUMSA (

International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis),

beranggotaan 30 negara.

Berdasarkan tingkat keputihannya kualitas gula kristal dibedakan menjadi :

a. GKM (Gula Kristal Merah)

 proses Defekasi

b. GKR (Gula Kristal Rafinasi)

 proses Karbonatasi

c. GKP (Gula Kristal Putih)  proses Sulfitasi

Slide44

4/25/2013

TPK/GULA/2013

44

Tabel 5.1. SNI 01-3140-2001 untuk Gula Kristal Putih

Slide45

Standar Mutu Gula Ra

finasi

4/25/2013

45

TPK/GULA/2013

Slide46

B. Gula Palma

4/25/2013

46

TPK/GULA/2013

Slide47

Bahan Baku

Kelapa (

Cocos nucifera

)Aren (Arenga pinata)Siwalan (

Borasus flaberifer

)

Nipah (

Nipa fructican)

4/25/2013

47

TPK/GULA/2013

Slide48

Tahapan Proses Pengolahan

Penyadapan

Penyaringan

PemekatanKritalisasi atauPencetakan

4/25/2013

48

TPK/GULA/2013

Slide49

4/25/2013

TPK/GULA/2013

49

Flowchart Proses Pengolahan Gula Palma

Slide50

Penyadapan Nira

Dilakukan secara manual dengan memotong ujung bunga yang masih muda, setiap pagi atau sore hari.

Cairan gula yang keluar ditampung pada bumbung (bambu) maupun botol plastik.

Kualitas nira dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman, serta musim (kemarau-penghujan)

Untuk menekan kontaminasi ditambah kapur, asap atau sultif pada wadah penampung sebelum penyadapan.

Keterbatasan teknik penyadapan (harus memanjat) merupakan penghambat kemajuan industrialisasi gula palma.

4/25/2013

50

TPK/GULA/2013

Slide51

Kualitas Nira

Sangat dipengaruhi oleh kandungan sukrosa, semakin rusak semakin menurun sukrosa dan gula reduksi (glukosa dan fruktosa) semakin tinggi.

Kerusakan selama penyadapam disebabkan oleh prosesfermentasi oleh yeast, sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

4/25/2013

51

TPK/GULA/2013

Pada

tahap selanjutnya glukosa akan mengalami proses

fermentasi

oleh yeast menjadi

etanol

Glukosa

(C2H5OH

) + CO2

Slide52

Etanol

oleh bakteri asam cuka akan diubah menjadi asam cuka (CH3COOH).

Adanya produk asam cuka pada nira akan menyebabkan pH nira menurun, dan selama proses pemasakan memacu reaksi hidrolisis sukrosa menjadi gula invert (glukosa dan fruktosa) serta terntuknya wrna coklat (Maillard), gula palma berwarna gelap.

Tingginya gula invert menyebabkan sirup pekat sulit dikristalkan menjadi gula semut, hanya dapat diolah menjadi gula

cetak.

Disisi lain tingginya asam cuka juga menyebabkan kualitas sirup palma yang dihasilkan kurang bagus (terasa agak masam).

4/25/2013

52

TPK/GULA/2013

Slide53

4/25/2013

TPK/GULA/2013

53

Sistem Produksi Gula Semut dan Gula Cetak Terpadu

(Dilakukan oleh UKM Inti)

Slide54

Karakteristik Sirup Gula kelapa yang diolah dari gula cetak (Reprosesing)

4/25/2013

54

TPK/GULA/2013

No

Parameter

Sirup

Gula Kelapa

SII

01

TPT (%)

74,5*

67,6-75%

02

Total Gula (%)

62,75*

55-65%

03

Rasa

3.9

Normal

04

Aroma

3.85

Normal

05

Warna

5

Normal

Slide55

Standar Mutu Gula Semut

4/25/2013

55

TPK/GULA/2013

Slide56

Standar Mutu Gula Si

rup

4/25/2013

56

TPK/GULA/2013

No.

Uraian

Persyaratan

1.

Kadar gula minuman (sukrosa)

Mutu I 65 %; Mutu II 55 %

2.

Zat warna

Yang diperbolehkan untuk makanan

3.

Pemanis buatan

Negatif

4.

Bahan pengawet

Maksimum 250 mg/kg

5.

Asam salisilat

Negatif

6.

Logam berbahaya

Negatif

7.

Zat pengontrol

Yang diperbolehkan untuk minuman

8.

Jamur ragi

Negatif

9.

Bakteri bentuk coli

Negatif