/
APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA

APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA - PowerPoint Presentation

alexa-scheidler
alexa-scheidler . @alexa-scheidler
Follow
405 views
Uploaded On 2017-09-16

APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA - PPT Presentation

Mohamad Ikhsan Vivi Alatas Monica Wihardja Taufiq Maret 2015 1 Sejumlah pertanyaan Dimulai dengan pertanyaan berkaitan dengan determinan inflasi ID: 588216

dan beras yang harga beras dan harga yang impor indonesia produksi tidak untuk inflasi dalam dari petani lebih masalah

Share:

Link:

Embed:

Download Presentation from below link

Download Presentation The PPT/PDF document "APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERAS..." is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.


Presentation Transcript

Slide1

APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA

?

Mohamad Ikhsan, Vivi Alatas, Monica Wihardja, Taufiq

Maret 2015

1Slide2

Sejumlah pertanyaan

:Dimulai

dengan pertanyaan berkaitan dengan determinan inflasi:Inflasi headline masih bertengger di sekitar 5% - tidak bisa

turun menuju 2-3 %Penyebabnya adalah inflasi makanan yang bukan hanya terus meningkat – dibandingkan harga barang lain dan harga beras di negara tetangga.

Pada

saat

yang

sama

ditunjukkan

produksi

beras

terus

meningkat

.

Produksi

beras

per

kapita

tertinggi

dalam

sajarah

Indonesia.

Mengacu

kepada

neraca

beras

harusnya

telah

terjadi

akumulasi

stok

beras

dan

harga

seharusnya

turun

.

Apa

yang

salah

?

Produksi

overestimated – most likely

Konsumsi

underestimated –

enggak

mungkin

karena

konsumsi

beras

Indonesia

sudah

tertinggi

di

dunia

dan

mengalami

tren

penurunan

.

Bagaimana

kebijakan

untuk

mendorong

produksi

beras

Haruskah

kita

jorjoran

dan

all out and all cost

mengejar

swasembada

?

Kalau

tren

penurunan

konsumsi

beras

menurun

,

apakah

effort yang

luar

biasa

ini

berguna

?

Apa

kebijakan

yang

lebih

rasional

?

Depolitisasi

HPPSlide3

03

Sumber

: BPS, CEICHARGA DI INDONESIA KONSISTEN LEBIH TINGGI DARI HARGA DUNIA SEJAK 2004Sumber: BPS, CEIC, kalkulasi

World BankRata rata perubahan harga y.o.y. per bulan, 2005-2014Harga grosir Beras di Indonesia dan Vietnam Latar belakang

Harga

beras

di I

ndonesia

lebih

tinggi

dari

harga

dunia

dan

lebih

fluktuatif

dari negara tetangga

Distribusi

perubahan tahun ke tahun (yoy) pada bulan yang sama, 2005-2014

FLUKTUASI HARGA KARENA MUSIM UMUM TERJADI, TETAPI DI INDONESIA LEBIH TINGGI

PERUBAHAN HARGA KARENA FAKTOR NON-MUSIMAN TERSEBAR DALAM JANGKAUAN LEBIH BESAR Slide4

Mengapa

analisis supply-demand di Indonesia bermasalah?05Kendala data produksi dan

konsumsiBANYAK INKONSISTENSI DALAM PERHITUNGAN ANGKA KONSUMSI BERAS

ADA INDIKASI TERJADINYA

OVERESTIMATION

DALAM DATA PRODUKSI

Data

produksi

beras

yang

dikeluarkan

oleh

Kementrian

Pertanian

tidak

akurat

(Dawe, Timmer and Warr, 2014)BPS

dan Kementan mengestimasi hasil

panen per hektar melalui crop-cutting survey (‘ubinan’) dan luas area panen melalui pendekatan ‘eye estimate’. (BD Analisis, Rice Report, 2008)Studi

menunjukkan bahwa ada overestimation area produksi dan

panen beras sebesar 17% pada tahun 1996-1997. (BD Analisis,

Rice Report

, 2008)

JICA

juga

menemukan

overestimation

luas

lahan

beras

di

Jawa

sebesar

9%

dan

yield

sebesar

5.2%

sehingga

produksi

total

beras

di

Jawa

kelebihan

estimasi

sebesar

13%

pada

tahun

2000-2001. Slide5

Bahan untuk Diskusi

Berasal dari dua

tulisan: Ikhsan, Anwar, Puspandari dan Tohari (2014) “Transformasi Struktural dan Permintaan akan Pangan” Masyarakat Statistik dan Vivi Alatas dkk, Stabilisasi Harga Beras.Diskusi ini hanya awal dari

seri diskusi dan perlu dilanjutkan.PSE Deptan perlu memelopori diskusi masalah pangan secara komprehensif.Slide6

Rapid economic and income growth

GDP per

capita (2005 $US in ‘000s) Per capita incomes to grow 2.5 times from 2010-30

Richer population will demand safe and more nutritious food Source: Data from ERS, USDA 2013 Source: Data from FAO 2013 Average annual growth in per capita consumption, 2000 to 2009Slide7

Transformasi Struktural sedang

berlangsung: konsumsi pangan terus

turun 199920052010

Index: Level tahun 1999=100Menurun, 2010 dibandingkan dengan 1999Umbi-umbian100

92

61

Padi-padian

100

95

87

Minuman

100

107

97

Meningkat lebih dari

100 per

sen

Bumbu-bumbuan

100

125

104

Kacang-kacangan

100

134

107

Minyak dan lemak

100

117

113

Sayur

100

120

120

Buah

100

122

125

Ikan

100

132

126

Makanan olahan

100

136

160

Meningkat lebih dari 2x lipat

Daging

100

207

205

Makanan lainnya

100

184

206

Telor dan susu

100

193230

Tabel

1

Tren

Konsumsi

Per

Kapita

(kg)

Beberapa

Komoditas

Pangan

Sumber

:

: Dyck et al. (2012 Slide8

Indonesia has high prevalence of undernutrition

Prevalence

of micronutrient deficiencies

Source: HarvestPlus 2011Undernutrition Large productivity and GDP losses

E.g. cost

of micronutrient

deficiencies

2-4% of GDP in various countries

(Stein and

Qaim

2007)Slide9

Rapid urbanization

Indonesia’s rural and urban population, 1950-2050

(‘000s) 72% of the population will live in urban areas by 2050Urbanization offers great opportunities if managed properly

Source: Data from UN 2011 Slide10

Supply Problems

Lahan – luas lahan pertanian

terus menurun dan kualitas tanah menurun (?) – aspek spasial [tekanan penurunan lahan terjadi pada daerah lumbung pangan – daerah kompensasi/ekspansi – miskin infrastruktur

, tenaga kerja dan tingkat kesuburan]Perubahan iklim – frekuensi bencana – jika tidak bertambah lebih severe –; perubahan musim hujan.Ketersediaan air menjadi masalah di daerah penghasil pangan.Teknologi bibit : eksperimen dengan bibit impor gagal –

bibit

pengembangan

lokal

sudah

di frontier.

Meningkatnya

inefisiensi

dalam

pasca

panen

[Husein

Sawit Hipothesis]Susut dalam

proses dan pasca panen, penggilingan yang ketinggalan.Daya saing beras mulai menurun dan bahkan hilang. Biaya produksi beras Indonesia sudah jauh diatas biaya di negara tetangga di tengah derasnya subsidi pemerintah.Kompetisi antar komoditas : with food commodities dan food and energyPerubahan

dalam rantai pemasaran:

revolusi supermarketPerlu Pendekatan Supply Value Chain dalam melihat persoalan.Slide11

Limited land resources

L

oss of annual net primary productivity, 1981-2003 (due to degradation)

Source: Bai et al. 2007 (LADA, FAO/ISRIC)Loss of forest cover in Indonesia, 2000-05

Land degradation / soil erosion

Large declines in

agric. productivity

Source: World Resources Institute 2010Slide12

Higher risk of agriculture-associated diseases

Picture source: ILRI 2013

Human diseases linked directly or indirectly to practices in food and agriculture are more prevalent Slide13

High vulnerability to climate change

Direct risks

Physical climate impacts

(extreme weather, sea level rise, agric. productivity loss, overall)Overall vulnerabilityPhysical impacts adjusted for coping abilitySource: Wheeler 2011

Higher agric. R&D investment with 10% productivity increase can overcome

adverse impacts

(

Oktaviani

2011) Slide14

08

PRODUKTIVITAS TUMBUH LAMBAT AKIBAT MELAMBATNYA PERTUMBUHAN HASIL LAHAN

PRODUKTIVITAS BERAS INDONESIA RENDAH BERDASARKAN STANDAR DUNIA DAN KAWASANMasalah Produksi

Pertumbuhan produksi dan

produktivitas

yang

lambat

sangat

mempengaruhi

supply

domestik

beras

Peningkatan

tahunan

(%)*

 

61-70

70-80

80-90

90-00

00-11

Hasil

3.4%

3.3%

2.7%

0.2%

1.1%

Lahan

1.9%

1.0%

1.5%

1.2%

1.0%

Prod.

5.4%

4.4%

4.3%

1.4%

2.2%

Hasil

Beras

Internasional

(T/Ha)

Asia

Indonesia

Sumber

: IRRI and FAO,

perhitungan

Bank

Dunia

Catatan

:

Peningkatan

tahunan

merupakan

gabungan

dari

rata

rata

pertumbuhan

tahunan

.

PRODUKSI BERAS DI TAHUN 2014 TURUN 0.94%, KETIGA KALINYA SETELAH KRISIS ’97-’98

Sumber

: BPS, 2015Slide15

09

Masalah

Produksi

Beberapa faktor penyebab lambatnya pertumbuhan produktivitas: Lahan pertanian yang

relatif

kecil

UKURAN OPERASIONAL LAHAN PERTANIAN BERADA DI BAWAH LEVEL OPTIMAL

Ukuran

lahan

pertanian

(Ha

)

Sumber

:

Sensus

Pertanian

Nasional

, Dawe 2015

LUAS PANEN PER KAPITA JUGA MASIH BELUM KEMBALI KE LEVEL PRE-KRISIS ‘97-’98

KONVERSI TANAH DIDOMINASI OLEH PERKEBUNAN MINYAK SAWIT SEJAK TAHUN 2000

Sumber

: FAO 2013,

Dawe

2015

Sumber

: BPS, 2015Slide16

INDONESIA LAMBAT DALAM HAL MEKANISASI

(

Dawe, Timmer, Warr, 2014)

Penggunaan tenaga kerja (termasuk tenaga kerja keluarga) dalam budi daya berasSumber: Moya et al (2004), Bordey et al (2014), Dawe (2015). Data untuk Indonesia: 1994-1997.Sumber: Flaherty, Stads and Srinivasacharyulu (2013), Dawe (2015).

Pengeluaran

publik

untuk

R&D

pertanian

dari

GDP

pertanian

(%)

PENGELUARAN R&D UNTUK PERTANIAN KECIL

(Dawe, 2015)

10

Masalah

Produksi

Mekanisasi

dan inovasi berjalan lambatSlide17

Seandainya kita

dapat seefisien Thailand dalam mengolah GKG menjadi

beras maka akan ada tambahan beras minimal 2 juta ton.Slide18

Petani

PenggarapPenggilingGrosir/Mitra/Penyalur

BulogPengecerKonsumenPengumpulPetani

Pemilik

Lahan

Industri

Makanan

/

Tepung

Apa

saja

faktor

yang

mungkin

mempengaruhi

harga

beras

?06

Identifikasi

Masalah

Impor

OP,

Raskin

Bulog-Dolog

Impor

Ilegal

OP

Pemda

/

Camat

Produktivitas

Biaya

produksi

Diversifikasi

Peningkatan

luas

lahan

Mekanisasi

Struktur

p

asar

Revolusi

r

antai

nilai dan retailBiaya distribusi InformasiPermintaanUrbanisasiTransisi pola dietMASALAH JANGKA PANJANGInstrumen jangka pendek dibutuhkan

untuk

mengatasi

volatilitas

harga

jangka

pendek

PT. Food Nation

Pedagang

Lokal

Mitra

Bulog

Unit

Pengolahan

Gabah

Beras

Satgas

Sub

Divre

HPPSlide19

Struktur

Harga

Tingginya harga Indonesia di setiap titik menunjukkan banyak kemungkinan masalah

Sumber

: BPS, FAO, CEIC (data Thai )

dan

perhitungan

Bank

Dunia

Catatan

:

Harga

Penggiling

dan

petani

adalah harga untuk

beras yang sudah dikeringkan. Eceran dan grosir adalah untuk IR64 di Jakarta. Harga untuk Mei 2014 menggunakan kurs THB:IDR = 356.Struktur Harga Beras Indonesia dan Thailand, Mei 2014Harga jual petani tinggi: mungkin terdapat masalah biaya

produksi atau

produktivitasHarga jual grosir dan eceran tinggi: mungkin karena panjangnya rantai

nilai/distribusi

Harga jual grosir dan eceran tinggi:

mungkin

juga

terdapat

masalah

biaya

logistik

tinggi

Mungkin

juga

terdapat

masalah

struktur

pasar

di

setiap

titik

(petani, pedagang, grosir, atau pengecer). Harus diadakan studi lebih mendalam mengenai struktur pasar. 07Slide20

11

Disintermediasi

Rantai NilaiTidak

diketahui

apakah

Indonesia

sudah

mulai

mengikuti

pola

modernisasi

yang

sedang

terjadi

di

beberapa negara berkembangPetani/ Penggiling

Pedagang

Grosir di KotaEceran/Supermarket

Konsumen

Trend

disintermediasi

internasional

di

negara

berkembang

:

Secara

g

eografis

panjang

,

secara

intermediasi

pendek

” (Reardon and

Timmer

, 2012)

Peran

dari

perantara telah berkurang karena berkurangnya interaksi antara petani dan tengkulak, perbaikan jalan ke pasar dan pemakaian telephone seluler.(Timmer and Reardon, 2012)Munculnya “aktor modern”, termasuk:1. Grosir Modern melakukan aktivitas value-added: mengumpulkan, memilih, menilai, mengemas, memproses dan mengantar.2. Perusahaan logistik modern melakukan wholesaling, pergudangan, Teknologi Informasi terintegrasi dan pengemasan.(Timmer and Reardon, 2012)Supermarket menggantikan pasar tradisional, walaupun infrastruktur pasar tradisional yang jelek merupakan masalah utama dan bukan karena munculnya Supermarket.(Suryadharma et al, 2010)

REKOMENDASI:

DIBUTUHKAN PENELITIAN LEBIH DALAM MENGENAI RANTAI NILAI DI INDONESIA

Value-creation, Value-addition, Value –from-trading

Perusahaan

Pangan

ModernSlide21

12

Pola

Perdagangan Domestik

Ketidakseimbangan pasar antar wilayah menunjukan pentingnya logistik antara wilayah

surplus (

Jawa

)

dan

defisit

beras

(

wilayah

Timur

)

Keseimbangan

beras

= Total

Produksi

-Total Konsumsi (2012)Hijau = SurplusMerah = DefisitSumber: Produksi (BPS) Konsumsi (Susenas) Distribusi (Kemendag)Slide22

13

Biaya

Logistik: Darat dan Laut

Biaya truk di kota tujuan merupakan yang tertinggi diantara komponen

transportasi

lainnya

dalam

rantai

nilai

beras

. (BD,

Rice Supply Chain

, 2014)

Biaya

rata-rata

(

Rp

/TEU/km) di kota asal dipengaruhi oleh kemacetan dan infrastruktur jalan

(misalnya,

Makasar vs. Surabaya).Biaya rata-rata (Rp/TEU/km) di kota tujuan tertinggi

di Sorong. Ini

disebabkan oleh peraturan

lokal

yang

menghabat

pergerakan

transportasi

kontainer

.

Pengiriman

antar

pulau

dapat

menjadi

mahal

dan

dapat

berkontribusi

pada tingginya harga distribusi disebabkan oleh beberapa hal termasuk:Jarak yang pendek (biaya pengiriman laut domestik per kontainer per km yang menjadi tinggi).Ketidakseimbangan perdagangan (empty backhaul) yang menyebabkan kekosongan kargo pada perjalanan pulang dan biaya pengiriman lewat laut ke tempat tujuan yang tinggi.Frekuensi pelayaran yang rendah. Infrastrukrur pelabuhan seperti banyaknya dan panjangnya tempat merapat, produktivitas penanganan kargo, waktu penurunan dan penaikan barang. Sumber: Kementrian Perdagangan, BBP2KP, 2013. Ini adalah estimasi untuk kontainer berukuran 20feet. Slide23

Persoalan masa transisi

Harmonisasi perubahan structural di

sisi permintaan – bagaimana mengamodasi perubahan komposisi kalori dalam diet penduduk Indonesia dan persoalan tekanan di sisi supply.Apakah kita akan terus menghabiskan resources pada komoditas yang sebetulnya

telah menurun dalam diet rumah tangga Indonesia sementara mengabaikan (termasuk memberikan “disinsentif”) kepada komoditas yang sedang tumbuh dalam diet keluarga Indonesia.Jangan kaget jika telah dan akan terjadi lonjakan dalam impor sayuran, daging karena

domestic supply

responsnya

terlambat

.

Sedikit

good news:

negara-negara

tetangga

seperti

Vietnam –

akan

terus

mengalami

peningkatan produktivitasdan kemungkinan masuknya new comers: Myanmar, Laos

dan Cambodia serta transformasi permintaan yang berlanjut di Thailand akan membantu pasokan pangan di tingkat regional.Coordination failures terus berlanjut di dalam negeri – terus mengulangi kesalahan yang sama.Persoalan kelembagaan : Organisasi pada tingkat petani, penggilingan, BUMN bibit, Bulog – membutuhkan transformasi.Perlu revolusi

mental untuk menerima kenyataan

dan menyelesaikan masalah.Jangka panjang : kita terjebak dengan persoalan yang dihadapi Jepang tetapi

dengan kondisi kesejahteraan yang berbeda.

Jepang petani politically powerful vis a vis Indonesia dominasi buruh tani yang miskin.Slide24

Policy Recommendations

(taken from IFPRI)Hanya

untuk memancing diskusiSlide25

Accelerate investments in agric. R&D

Invest in technologies for

High-yielding, high-nutrient, biotic- and abiotic-resistant crop varieties e.g.Resource-saving e.g. low-cost (solar panel) drip irrigation Low carbon agriculture Food safety

Climate-change ready riceHybrid riceHigh-iron and

high-zinc

rice

Disease and pest resistant rice

Picture source

:

IRRI 2013Slide26

Focus on high-value products such as vegetables, fruits, poultry, and seafood

Production of high-value commodities are driven by both pull (demand) and push (supply) factors (Joshi et al. 2007) Demand: e.g. rising incomes and urbanization

Supply: e.g. improvements in infrastructure and technologyPromote agricultural diversificationContinue to improve smallholder access to urban and export markets byImproving rural infrastructureEnhancing farmer organizations or cooperatives

Promoting rural information technologiesUpgrading food safety standardsSlide27

Expand coverage and improve targeting to protect

elderly, women, children, and disabledLink social safety nets to nutrition and education e.g. School feeding programs

Explore cross-sectoral approaches to reach poor more effectively Integrate safety nets and agricultural support rather than stand alone programs Utilize a variety of instruments e.g. public works, cash transfers, agricultural credit programs

3. Enhance social safety net system Slide28

Convert food stocks to national strategic reserves

to reduce costsTarget strategic reserves to poor and vulnerable groupsFurther collaborate with ASEAN to improve regional rice reserves

Utilize trade as an effective tool to stabilize domestic food prices (reduce tariffs, etc.)Create enabling environment for private sector re food trade, storage, and transport Improve markets and tradeSlide29
Slide30

02

Sumber

: IRRI World Rice Statistics, Susenas, kalkulasi staf World BankBERAS MERUPAKAN KOMODITAS TERPENTING DI INDONESIAHARGA BERAS AKAN SANGAT MEMPENGARUHI RAKYAT MISKIN

FLUKTUASI HARGA BERAS ADALAH ISU POLITIK 25%Proporsi konsumsi beras dari pada total konsumsi oleh rumah tangga miskin Harga beras naik 10%=Kemiskinan naik 1.3%

80%

Orang Indonesia

merupakan

konsumen

netto

beras

5

Ranking Indonesia

secara

global

untuk

konsumsi

kalori

beras per kapita Beras merupakan kunci dari ekonomi pedesaanPetani beras lokal meminta perlindungan perdagangan beras untuk menjaga harga

tinggiNamun, harga tinggi

merugikan konsumen, pedagang kecil, dan petani miskinLatar belakang

Stabilitas

harga

beras

penting

untuk

alasan

ekonomi

,

sosial

,

dan

politikSlide31

14

Rekomendasi

Jangka Panjang

DATA PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS HARUS LEBIH AKURAT, TRANSPARAN DAN KONSISTENKetidakpastian stok beras nasional menimbulkan banyaknya spekulasi di pasar. Information signaling yang baik dan keterbukaan data dan

kebijakan

dapat

mengurangi

tingkah

laku

spekulatif

.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MENJADI PRIORITAS UTAMA JANGKA PANJANG

Percepatan

mekanisasi

dan

pemanfaatan teknologi pangan lainnyaPerlu penyuluhan untuk meningkatkan informasi dan kemampuan petaniBIAYA LOGISTIK HARUS DITURUNKAN DENGAN INVESTASI INFRASTRUKTURKondisi

jalan darat,

komponen terbesar biaya logistik, harus diperbaikiMasalah di

transportasi laut (frekuensi

pelayaran dan empty backhaul) harus

diatasi

PERLU DILAKUKAN BEBERAPA PENELITIAN LEBIH LANJUT

Tinjauan

struktur

kompetisi

di

tingkat

petani

,

grosir

,

dan

eceran

Kondisi

modernisasi

rantai

nilai

di IndonesiaSlide32

Proporsi

kuantitas Raskin, Impor, dan OP terhadap total produksi beras (%)Source: Indonesia customs, BPS, Bulog, SUSENAS.Instrumen Jangka

PendekAda berbagai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi supply beras di pasar

15Slide33

Instrumen

:

ImporRezim impor sangat berpengaruh terhadap

perbandingan harga domestik dan lokalHarga grosir beras domestik, internasional dan imporSumber: CEIC (Vietnamese rice price), Kemendag and BPS (Import), FAO Rice Data; Saifullah (2010), WB Rice Report (2008), berbagai kliping dan

artikel

, interviews

16

l

arangan

impor

,

harga

meningkat

tajam

Monopoli

impor

Bulog

dihapus

,

terjadi

persaingan

impor

,

harga

domestik

mendekati

harga

dunia

AFC & El Nino

t

ariff & non-tariff barrier

terhadap

imporSlide34

Instrumen

:

ImporHarga grosir beras domestik, internasional dan imporSumber: CEIC (Vietnamese rice price), Kemendag and BPS (Import), FAO Rice Data; Saifullah (2010), WB Rice Report (2008), berbagai kliping dan

artikel, interviews 17

l

arangan

impor

Krisis

pangan

dunia

Monopoli

impor

Bulog

dikembalikan

Otomatisasi

impor

Monopoli

impor

dihapus

untuk

broken 0, 1, 5%

Rezim

impor

sangat

berpengaruh

terhadap

perbandingan

harga

domestik

dan

lokalSlide35

18

TERDAPAT BEBERAPA MASALAH DENGAN IMPLEMENTASI OP

TIDAK TERLIHAT KORELASI ANTARA PELAKSANAAN OP DAN INFLASI BERAS (2010-2012)Instrumen: Operasi Pasar

OP, sebagai intervensi

pemerintah

untuk

stabilisasi

harga

beras

,

tidak

efektif

Ada

korelasi

positif

,

namun

tidak signifikanTrigger hargaPermintaan

Pemda

Instruksi Mendag/ rekomendasi Mentan kepada Bulog

Penetapan

Harga oleh Mendag

Pelaksanaan

OP

oleh

Bulog

Pemantauan

harga

beras

oleh

Pemda

tidak

reguler

Lobi

petani

untuk

menjaga

harga

tinggi menyebabkan Pemda tidak meminta OPProses kaku dan panjang menyebabkan OP terlambat atau tidak terlaksana Distribusi kadang terhambat karena rendahnya stok di gudang regional BulogPemantauan dan evaluasi terhadap OP tidak dijalankanSlide36

19

Instrumen

: Raskin

Proses Raskin memiliki banyak masalah, sehingga tidak efektif untuk mencapai

tujuan

Pembelian

Penyimpanan

Distribusi

ke

Desa

Distribusi

ke

RT

Pengaduan

dan

Keluhan

40%

Raskin

terlambat

tiba

ke titik distribusi di

desa

(World Bank,

2014)

Distribusi

ke

desa

, yang

dikelola

Bulog

,

sering

tertunda

.

Walaupun

hampir

seluruh

beras

tiba

ke titik distibusi/alokasi di akhir tahun, keterlambatan rata-rata selama 2 bulan.54-81%Responden menyatakan kualitas Raskin buruk (JPAL, 2014)Beras terpapar kelembaban di gudang dalam waktu yang lama. Distribusi Raskin bulanan jauh lebih rendah dari total stok di gudang, sehingga stok tertahan di gudang cukup lama.(World Bank, 2014)30%Raskin di titik distribusi tidak sampai ke RT/pembeli(World Bank, 2014)Karena tidak ada SOP tingkat local, distribusi dari TA/TD ke RT tidak merata. Banyak kejadian “bagi rata” sehingga rumah tangga target tidak mendapat manfaat yang seharusnya.Memberikan

akses

beras

kepada

orang

miskin

dengan

harga

60-75% di

bawah

harga

pasar

.

TUJUAN RASKIN:Slide37

21

Informasi

dan Spekulasi Pasar

Instrumen jangka pendek harus bisa mencegah

terjadinya

spekulasi

harga

beras

.

Harga

mulai

naik

Respon

kebijakan

:

Impor

/ OPHarga kembali stabil

Komunikasi Publik

tentang KebijakanOP/impor terlalu

jarang

Harga semakin naik

Spekulan

menimbun

beras

Komunikasi

kebijakan

tidak

lancar

Siapa

saja

spekulan

?

Berdasarkan

bukti

anekdotal

,

ada

spekulan

dari petani-pedagang di daerah dengan stok puluhan ribu ton, ada spekulan di tingkat gudang dan penggilingan, ada juga politisi. Slide38

Dampak

peningkatan HPP:Inflasi

meningkat:Elastisitas HPP terhadap inflasi: 0.01 (Analisis Bank Indonesia, Karnain 2013)HPP ‘flexible’ (HPP diatas ketentuan Inpres) meningkatkan Harga Eceran

Beras (HEB) di Sul-Teng (Bank Indonesia, Kajian Ekononomi Regional) HPP berpengaruh terhadap inflasi masa pendek dan panjang, impor jangka pendek, produksi jangka panjang. (Widiarsih, 2012; Karnain

, 2013

)

Insentif

produksi

meningkat

:

Harga

beras

meningkat

1%,

produksi

meningkat

0.041% di

Sul

-Utara (Hasyim, 2007) Disparitas harga domestik dan impor meningkat:Pasar beras/ gabah domestik kalah daya saing dibanding pasar impor

Dengan tingginya

harga gabah dan beras di pasaran, Bulog tetap tidak

mampu menyerap pasar

domestik dan memilih impor

untuk

mengisi

kekosongan

stoknya

. (

Maulana

, 2012

)

Beras

selundupan

bakal

marak

karena

disparitas

harganya

sangat

tinggi(Ketua PPPPBI, Nellys Soekidi, 2015)Kualitas belum tentu meningkat:Kebijakan HPP hanya untuk kualitas tunggal sehingga tidak ada diferensiasi kualitas (Maulana, 2012)Informasi antara pedagang dan petani asymetris, penentuan kualitas tidak terukur (Maulana, 2012) Tidak ada standardisasi kemitraan (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional)Anggaran negara untuk subsidi beras meningkat20Instrumen: HPPHPP dapat meningkat

jika

:

Inflasi

atau

harga

beras

eceran

meningkat

:

Dengan

mengkontrol

two-way causality

,

peningkatan

inflasi

sebesar

1%

meningkatkan

GKP

sebesar

0.00347% , GKG 0.00098%

dan

HEB 0.47%

satu

arah

(

Karnain

, 2013)

Peningkatan

HEB

lambat

dalam

meningkatkan

harga

gabah

petani

,

tetapi

peningkatan

harga

gabah

petani

cepat

dalam

meningkatkan

HEB (

Arifin

, 2006)Produktifitas

menurun atau

ongkos produksi

meningkat:

Dalam

enam

tahun

terakhir

,

penetapan

HPP

tidak

merujuk

pada

harga

beras

internasional

,

tetapi

sepenuhnya

ditentukan

oleh

ongkos

produksi

yang

terus

meningkat

(

harga

saran

produksi

, BBM,

nilai

sewa

lahan

,

upah

tenaga

kerja

)

Ini

mendorong

penurunan

daya

saing

beras

berkualitas

medium. (

Maulana

, 2012)

Pemerintah

mentargetkan

HPP

dengan

memperhitungkan

harga

GKP

sebesar

30%

lebih

tinggi

dari

harga

ongkos

produksi

. (

Maulana

, 2012

)

Keuntungan

usah

tani

padi

dengan

memperhitungkan

harga

GKP

telah

lebih

besar

dari

30%

dari

biaya

. (

Maulana

, 2012)

Harga

beras

international

untuk

kualitas

medium

meningkat

:

Tetapi

disparitas

harga

domestik

dan

impor

membesar

Faktor-Faktor

yang

mempengaruhi

dan

dipengaruhi

oleh

kebijakan

HPP

Pilihan

kebijakan

HPP

sebaiknya

menimbang

faktor

:

sejauh

mana

petani

diuntungkan

,

konsumen

diuntungkan

,

efisiensi

,

dan

efektifitasSlide39

Analisis

Kuantitatif: Dampak

Faktor-Faktor Penyebab Inflasi Beras

Studi kuantitatif yang melihat pengaruh konvergensi, produksi, konsumsi, impor,

harga

beras

internasional

,

distribusi

Raskin

,

kualitas

jalan

,

efek

spasial

dan

efek tahunan terhadap inflasi harga beras di tingkat propinsi menunjukan:Pentingnya kualitas jalan terhadap inflasi harga beras. Terdapat

transmisi inflasi

antar wilayah di Indonesia, dimana penambahan 1 persen rata-rata inflasi di

wilayah di Indonesia bisa meningkatkan

inflasi di suatu daerah yang terkoneksi

dengan

perdagangan

melalui

kontainer

laut

sekitar

0.3

persen

. (BD

Analisis

,

Efek

Spasial

Terhadap

Inflasi

di Indonesia, 2014)

Efek

impor

tidak konsisten yang mungkin disebabkan oleh kebijakan impor yang tidak konsisten.Raskin menurunkan inflasi beras tetapi tidak signifikan.Produksi beras menurunkan inflasi (signifikan), Konsumsi meningkatkan inflasi beras (tidak signifikan). VARIABLESInflasi Beras (OLS)Inflasi Beras (Fixed Effect)Inflasi Beras (Dynamic AB-GMM)    Inflasi Beras (T-1)-0.250**-0.356**-0.381**Konsumsi Beras (Ln, Kg) 0.18519.0853.66Produksi

Beras

(Ln, Ton)

0.636

-11.50

-44.26**

Impor

(Ln,

Ton)

2.264***

-

-

Impor

(Ln,

Ton) (T-1)

-0.964

-

-

Impor

(Ln,

Ton) (T-2)

-4.053***

-

-

Impor

*

Harga

Beras

Vietnam

-

0.0573

0.00813

Impor

(T-1)

*

Harga

Beras

Vietnam

(T-1)

-

-0.00759***

-0.0114***

Impor

(T-2)

*

Harga

Beras

Vietnam(T-2)

0.00213

-0.000822

-0.00573**

Inflasi

Harga

Beras

Vietnam (%)

-

-0.761

-0.203

Inflasi

Harga

Beras

Vietnam (%) (T-1)

-

-

-

Distribusi

Raskin

(Ln, Ton)

-0.985

-1.225

-0.833

%

Jalan

Berkualitas

Bagus

dari

Total

Jalan

Provinsi

-0.0117***

-0.0192***

-0.0388***

Efek

Spasial

0.0784

0.239

0.326*

Konstan

49.88*

94.65

Observasi

143

143

112

Total

Propinsi

 

29

29

*** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1

“- “

variabel

dijatuhkan

karena

multicollinearity

22