/
MITOS JUMLAH SAMPEL MINIMUM MITOS JUMLAH SAMPEL MINIMUM

MITOS JUMLAH SAMPEL MINIMUM - PowerPoint Presentation

conchita-marotz
conchita-marotz . @conchita-marotz
Follow
384 views
Uploaded On 2017-07-08

MITOS JUMLAH SAMPEL MINIMUM - PPT Presentation

Pendahuluan Jumlah sampel yang dirasa cukup sehingga dapat diklaim mewakili populasi merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh peneliti kuantitatif Dan jawaban klasik yang sering diberikan pada mereka adalah minimum 30 sampel ID: 567898

yang sampel distribusi jumlah sampel yang jumlah distribusi tabel pada jika populasi nilai bisa besar dari tidak adalah dan

Share:

Link:

Embed:

Download Presentation from below link

Download Presentation The PPT/PDF document "MITOS JUMLAH SAMPEL MINIMUM" is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.


Presentation Transcript

Slide1

MITOS JUMLAH SAMPEL MINIMUMSlide2

Pendahuluan

Jumlah sampel yang dirasa cukup sehingga dapat diklaim mewakili populasi merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh peneliti kuantitatif.

Dan jawaban klasik yang sering diberikan pada mereka adalah: minimum 30 sampel!

Pada berbagai literatur pengantar statistika disebutkan bahwa angka 30 merupakan pembatas untuk mengkategorikan jumlah sampel. Jika sampel > 30 maka kategorinya adalah sampel besar, jika <= 30 kategorinya sampel kecil.

Kategori ini berimplikasi pada rumus statistika yang digunakan jika ingin melakukan pendugaan parameter (nilai populasi, rata-rata dan proporsi), beda kategori beda rumusnya.Slide3

Mengapa 30

jumlah sampel 30 berasal dari

“tingkat ketelitian”

pada sebagian besar tabel-tabel statistika yang mengisi halaman-halaman lampiran pada sejumlah

textbook

statistika. Tabel-tabel tersebut adalah

tabel distribusi t, tabel chi square, dan tabel distribusi F

. Yang dimaksud dengan “tingkat ketelitian” adalah detail nilai “n” alias jumlah sampel yang digunakan untuk mencari nilai masing-masing distribusi. Pada tabel-tabel tersebut nilai “n” mulai dari 1-30 ditampilkan detil (n=1,n=2,n=3,n=4,…dst.) untuk “n” di atas 30 langsung melompat ke 40, 60, 120 sampai tak hingga. Jadi angka 30 merupakan nilai kritis! Untuk n>30 nilai masing-masing distribusi tersebut sudah tidak terlalu “penting” untuk dirinci.Slide4

Mengapa 30

S

etelah mencoba beberapa kombinasi jumlah sampel misalnya 5, 10, 15, 20, 25, 30, 31, dst… secara berulang-ulang dari sebuah populasi yang menggunakan data berukuran rasio hingga lebih dari 100 kali menunjukkan kecenderungan distribusi sampel yang terbentuk mendekati asumsi distribusi normal ketika jumlah sampel mencapai 30. Semakin besar jumlah sampelnya semakin normal distribusinya.

Bisa jadi penentuan angka 30 ini berdasarkan pada “eksperimen” ini, bahwa pada saat jumlah sampel lebih besar dari 30 peluang distribusi yang dihasilkan bentuk mirip genta alias distribusi normal semakin besar.Slide5

Mengapa 30

Persoalannya “aturan 30″ ini cenderung berlaku bagi analisis statistika yang menuntut terpenuhinya asumsi distribusi normal.

Agar distribusi data bisa normal syaratnya adalah data harus random, dan jumlah sampel besar. Jika jumlah sampel “kecil” seperti yang telah dibuktikan oleh “eksperimen”

di

atas, bentuk genta tidak tercipta dengan baik, bisa

agak

menceng

ke kanan, atau kekiri, atau bergelombang.Slide6

Mengapa 30

bukan jumlah yang menentukan suatu sampel mewakili atau tidak mewakili karakter suatu populasi. Ada banyak faktor yang menentukan tingkat representasi sampel misalnya tehnik penarikan sampel, ketersediaan

r

erangka

sampel, heterogenitas populasi dll.

Jika sampel ditarik secara random maka menurut teori probabilita bisa dianggap mewakili, namun jika

r

erangka

sampelnya tidak lengkap data yang dihasilkan bisa bias karena ada anggota populasi yang tidak ikut menjadi “peserta”, dan jika populasinya homogen murni bisa jadi satu sampel sudah cukup mewakili. Slide7

Jika

Cukup

Sesendok

Tak

Perlu

Semangkok