Kuliah Gender dan Keluarga BAB 5 PANDANGAN BUDAYA DI INDONESIA TENTANG GENDER Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor 201 6 Kendala Budaya ID: 567877
Download Presentation The PPT/PDF document "Mata" is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.
Slide1
Mata
KuliahGender dan KeluargaBAB 5PANDANGAN BUDAYA DI INDONESIA TENTANG GENDER
Departemen Ilmu Keluarga dan KonsumenInstitut Pertanian Bogor2016Slide2
Kendala
Budaya Patriaki Bagi PerempuanAdat dan budaya ini menjadi panduan bagi masyarakat untuk berperilaku sehari-hari yang diturunkan
dari generasi satu ke generasi lainnya dan mendarah daging (internalized) membentuk cara berpikir (mind set)Sistem sosial budaya di Indonesia: dominasi sistem patriarki, variasi perbedaan peran gender Masih ditemui adanya
pembatasan adat dan norma masyarakat pada perilaku perempuan, yang diawali dari pelabelan atau stereotipe atau sub-ordinasi (penomorduaan) terhadap perempuanSlide3
Sejak
berabad-abad perempuan di Pulau Jawa hanya difungsikan sebagai reproduksi dan
pemuas nafsu seksual, serta dianggap sebaga pelengkap keberadaan laki-laki.Ungkapan di masyarakat bahwa aktivitas
perempuan
hanya
seputar
sumur, dapur dan kasur.Ungkapkan oleh masyarakat Pantura Jawa Barat bahwa “tong luhur-luhur teuing sakola, awewe mah da ka dapur oge”
Kendala Budaya Patriaki Bagi PerempuanSlide4
Subordinasi
dan stereotipe menyebabkan posisi perempuan tetap dipinggirkan meskipun sudah
mulai terjadi peningkatan pendapatan kaum perempuan yang melebihi suaminya, namun tetap saja diberi label bahwa apa yang dihasilkan
oleh
perempuan
hanya
sebagai sambilan atau tambahan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Akhirnya, peran perempuan berada pada posisi yang sangat lemah sebagai pengambil keputusan kecuali
dikehendaki oleh suaminya.
Kendala
Budaya
Patriaki Bagi PerempuanSlide5
Peran perempuan adalah di sektor domestik; peran laki-laki adalah sebagai pemimpin dan pelindung keluarga, jadi bertanggung jawab dan berperan di sektor publik
Contoh Posisi Perempuan dalam Konteks Budaya
Peran perempuan adalah di “Dapur/ Masak, Kasur/ Manak, Pupur/ Macak”.Posisi perempuan sebagai “konco wingking” (orang belakang)
dan
orang
nomor
dua
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.Slide6
Pendidikan diutamakan untuk laki-laki daripada perempuan
Laki-laki tabu melakukan pekerjaan domestik seperti cuci piring, cuci baju dan memasak, karena itu “pekerjaan perempuan”.Perempuan sering dilekatkan pada profesi tertentu seperti perawat, sekretaris, guru TK dan sejenisnya.Peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga dan tulang punggung keluarga
Laki-laki sering dilekatkan pada profesi direktur, pilot, dokter dan lain-lain.Laki-laki tidak boleh mempunyai istri yang mempunyai pendidikan dan kedudukan sosial yang lebih tinggi dari dirinyaContoh Posisi Perempuan dalam
Konteks
Budaya
Slide7
Perempuan
adalah simbol dari eksistensi harmonisasi rumahtangga, keterjaminan
kualitas sumberdaya manusia anak , dan keterjaminan pengaturan rumah dan ketersediaan pangan keluargaP
osisi perempuan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepemilikan aset, penentuan pendidikan anak, peminjaman kredit dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan suami adalah lemah
Posisi perempuan dalam pembagian kerja juga lemah.
Posisi perempuan dalam manajemen keuangan keluarga (perencanaan, penggunaan dan pengendalian keuangan) adalah lemah
Pada umumnya rata-rata lama pendidikan yang ditempuh perempuan adalah lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lama pendidikan yang ditempuh laki-laki
Posisi perempuan dalam melindungi kesehatan
r
eproduksi juga lemah
Contoh Posisi Perempuan dalam Konteks Budaya Slide8
Konsekuensi
dari Posisi Perempuan dalam Konteks BudayaSlide9
Posisi dan peran laki-laki dan perempuan menurut konteks budaya
NORMA DAN BUDAYA MASYARAKAT
FUNGSINYASebagai PSebagai Panduan Hidup bermasyarakatenunjuk Arah
Berperilaku
sehari-hari
dan
identitas diri/kelompokSebagai Pelindung dari pengaruh luar
Sebagai Hukum
Adat
baik
tertulis
maupun
tidak
tertulis
PROSES PEMBENTUKAN
Berdasarkan
komitmen
masyarakat
Ada
reward
dan punishmentSebagai bentuk dari solidaritas dan eksistensi masyarakat
POSISI DAN PERAN PEREMPUAN (DOMAIN PEREMPUAN)Ibu rumahtangga atau “orang belakang”Peran dominan pada aspek domestikPosisi tawar dalam pengambilan keputusan lemahKurang mempunyai kontrol terhadap sumberdaya keluarga (aset/ material)Peran ganda yang melelahkan
POSISI DAN PERAN LAKI-LAKI (DOMAIN LAKI-LAKI)Kepala keluarga atau “orang nomor satu”Peran dominan pada aspek publikPenentu utama dalam pengambilan keputusan keluargaMempunyai kontrol kuat terhadap sumberdaya keluarga (aset/ material)Terhindar dari peran ganda yang melelahkan
ADA TEMBOK PEMISAH YANG TEBAL DAN KOKOH ANTARA PERAN DAN POSISI LAKI-LAKI DAN PEREMPUANSlide10
Pantai
utara (Pantura) Jawa Barat dihuni oleh berbagai suku bangsa, utamanya
adalah Suku Jawa dan Sunda.Pada umumnya perempuan bekerja di bidang pertanian dengan fokus
pekerjaan
sebatas
menanam
dan memanen atau menangani tangkapan ikan untuk perempuan nelayan. Namun demikian semakin banyak perempuan yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW)
di luar negeri dan menjadi
pedagang
Kondisi dan Pandangan Budaya Masyarakat Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat Terhadap PerempuanSlide11
Di
Indramayu dikenal dengan tradisi kawin muda.Masyarakat Pantura Jawa Barat memandang
anak sebagai harta/aset keluarga, terutama sangat berlaku bagi anak perempuan.Ungkapan: “Anak
laki-laki
merupakan
kebanggaan
keluarga, sedangkan anak perempuan merupakan sumber rezeki.”Kondisi dan Pandangan Budaya Masyarakat Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat Terhadap PerempuanSlide12
Bentuk
kekerabatan masyarakat Aceh adalah keluarga inti dengan prinsip keturunan laki-laki (
patriarki).Sistem perkawinan yang berlaku di sebagian masyarakat Aceh adalah eksogami merge, yaitu mencari jodoh dari
luar
merge
sendiri
.
Setelah
menikah
, berlaku aturan virilokal, yaitu pasangan menetap di kediaman keluarga laki-laki. Sistem kekerabatan dan Gender dalam Budaya Masyarakat AcehSlide13
A
dat menetap sesudah nikah adalah uxorilokal (tinggal dalam lingkungan keluarga
pihak perempuan).Masyarakat Aceh Gayo, garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal.Masyarakat Aceh Tamiang digunakan
prinsip
patrilineal
,
yaitu
menarik
garis keturunan berdasarkan garis laki-laki. Adat menetap sesudah menikah yang umum dilakukan adalah adat matrilokalSistem kekerabatan dan Gender dalam Budaya Masyarakat AcehSlide14
Masyarakat
Batak Toba didasari atas garis keturunan patriarkal. Masyarakat Batak Toba sangat
menjunjung tinggi tradisi patriarkal dengan menempatkan posisi perempuan sangat dihargai apabila mampu melahirkan anak
laki-laki
dan
dianggap
rendah apabila tidak melahirkan anak laki-laki karena tidak dapat mengabadikan marga.Pandangan Gender dalam Budaya Suku Batak TobaSlide15
Posisi
perempuan dalam masyarakat Batak Toba sebagai pihak yang dibeli yang terlihat pada upacara
perkawinan.Posisi perempuan dalam hak waris: bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan anak laki-laki, maka
hak
waris
jatuh
ke
tangan saudara laki-laki yang meninggal. Namun demikian dalam praktik kehidupan keluarga Batak, anak perempuan memperoleh: tanah (Hauma pauseang), nasi siang (Indahan
Arian), warisan dari kakek (
Dondon Tua
),
dan
tanah
sekadar
(
Hauma
Punsu
Tali
).
Apabila
perempuan
tidak
memiliki
saudara laki-laki, maka perempuan tersebut berhak untuk mendapat harta warisan dari orangtuanya, kecuali terhadap barang-barang pusaka yang diterima dari kakeknya.Pandangan Gender dalam Budaya Suku
Batak TobaSlide16
Perempuan
dianggap lebih rendah daripada laki-laki, dan perempuan bukan merupaka individu
yang bebas dan otonom, namun sebagai sub-ordinat atau perpanjangan tangan laki-laki.Sistem patriarki yang ada di
masyarakat
Batak
tidak
membuat
peran perempuan di Suku Batak tidak penting.Pandangan Gender dalam Budaya Suku Batak Tobadari Blog Parna)
Slide17
Masyarakat
Minangkabau menetapkan silsilah keturunan berdasarkan garis ibu yang disebut sistem matrilineal.Klasifikasi
peran dalam adat dan budaya masyarakat Minangkabau: sosial kemasyarakatan dan penentuan kepala masyarakat hukum
adat
yang
disebut
Penghulu
dan
Datuk didominasi oleh kaum laki-laki.Sistem “matrilocal” atau lazim disebut dengan sistem “uxorilocal” yang menetapkan bahwa suami bermukim atau menetap disekitar
pusat kediaman kaum kerabat
istri,
atau
didalam
lingkungan
kekerabatan
istri
Pandangan
Gender dalam
Budaya
Suku
MinangkabauSlide18
Apabila
terjadi perceraian, maka suami harus pergi dari rumah istrinya, sedangkan
istrinya tetap tinggal dirumah kediamannya bersama anak-anaknya sebagaimana telah diatur hukum adat.Apabila istrinya
meninggal
dunia
,
maka
kewajiban
keluarga pihak suami untuk segera menjemput suami yang sudah menjadi duda untuk dibawa kembali ke dalam lingkungan sukunya atau kembali ke
kampung halamannya.
Pandangan Gender dalam Budaya
Suku
MinangkabauSlide19
Sistem
kekuasanya baik formal maupun non formal masih didominasi oleh kelompok laki-laki. Sebagai contoh
mamak memimpin dalam rumahtangga saparuik (se-ibu). Sedangkan Datuk memegang kekuasan dalam wilayah satu kaumnya.
Pandangan
Gender dalam
Budaya
Suku
Minangkabau. Slide20
Pandangan
masyarakat suku Palembang terhadap nilai gender dan keluarga sangat terpengaruh oleh pandangan
Islam yang patriarkhi.Suku Palembang menggunakan hukum waris sesuai dengan syari’at Islam. Nilai anak: kehadiran anak laki-laki dalam
keluarga
suku
Palembang
sedikit
lebih diharapkan dibandingkan dengan anak perempuanPandangan Gender dalam Budaya Suku PalembangSlide21
Masyarakat
Jawa berlandaskan tata kehidupan sistem patriarkhi.Istilah wanita berasal dari
bahasa Jawa yang berarti wani ditata (berani ditata).Pandangan strereotipe terhadap perempuan sejati adalah perempuan yang
tetap
tampak
lembut
dan
berperan dengan baik di rumah sebagai ibu maupun istri, di dapur maupun di tempat tidur, bersikap dan berperilaku halus, rela
menderita, dan selalu setia.
Laki-laki
Jawa
biasanya
disarankan
oleh
keluarganya
untuk
tidak
memilih
perempuan
yang
memiliki
status sosial
dan ekonomi yang lebih tinggi.Pandangan Gender dalam Budaya Suku Jawa Slide22
Posisi
perempuan dalam budaya Jawa disebut sebagai kanca wingking, yakni bahwa
tempat perempuan adalah di dapur; swarga nunut, neraka katut (ke surga ikut, ke neraka pun turut).Dalam praktik sehari-hari: Sebagian orang menganggap perempuan Jawa memiliki kekuasaan yang tinggi mengingat sumbangannya yang umumnya cukup besar dalam ekonomi keluarga.Handayani dan Novianto: perempuan Jawa selalu mencari
cara
agar
kehendaknya
terpenuhi
tanpa
mengacaukan harmoni tatanan budaya.Pandangan Gender dalam Budaya Suku Jawa Slide23
Masyarakat
Sunda umumnya bersifat matrilokalitas yaitu pasangan setelah menikah tinggal di
keluarga pihak perempuan apabila sudah menikah.Tradisi merantau kurang berkembang: Bengkung ngariung bongkok ngaronyok
yang
artinya
”
lebih
baik
kumpul bersama keluarga daripada merantau ke daerah tetangga”.Peran perempuan sering termarjinalkan: “Awéwé mah dulang tinandé” , dan “awéwé mah tara
cari ka Batawi, nya cari
ngan
ti
lalaki alias”, “nu
geulis
jadi
werejit
nu
lenjang
jadi
baruang
”.
Pandangan
Gender dalam
Budaya
Suku Sunda Slide24
Suku
Madura didasari oleh sitem patriarki dengan menempatkan peran perempuan yang sudah menikah
sebagai ibu rumahtangga, sekaligus pengasuh dan pembimbing anak-anaknya.Posisi perempuan Madura tetap menggantungkan psikologisnya kepada
keluarga
:
tidak
diperbolehkan
mengambil keputusan penting dalam kehidupannya tanpa berkonsultasi dengan orangtua dan orang-orang penting dalam keluargaPandangan Gender dalam Budaya Suku MaduraSlide25
Masyarakat
Suku Banjar menganut sistem patrilineal.Ajaran agama Islam sangat mempengaruhi pola
hidup masyarakat Banjar. Salah satu ajaran Islam yang banyak dianut oleh masyarakat Banjar adalah, keutamaan memilih pemimpin
laki-laki
dibanding
perempuan
.
Pandangan Gender dalam Budaya Suku BanjarSlide26
Keluarga
Suku Dayak mengenal sistem parental/bilateral.Tempat tinggal pasangan setelah perkawinan
pada umumnya adalah matrilokal (suami mengikuti istri).Peran perempuan Dayak lebih mendominasi pekerjaan domestik
,
sedangkan
laki-laki
mendominasi
pekerjaan publik.Kehadiran seorang laki-laki baru dalam keluarga perempuan memiliki nilai positif karena dapat menjadi tenaga kerja tambahan dalam
keluarga perempuan.Pandangan
Gender dalam Budaya Suku
Dayak
:
a) Perkawinan
Slide27
Masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan didasari atas sistem patriarkhi.
Pembagian warisan, maka distribusi antara anak laki-laki dan anak perempuan
harus sama.Pasang mengajarkan jako parentai bilasang bahinennu, bilasanga jintu nipeppeppi narie erono (jangan diperintah istrimu seperti menyadap aren, hanya aren yang mayangnya dipukul-pukul, baru menetes niranya). Jako parenta deppoki bahinennu, deppoa jinta nitukduppi nahajik (jangan istrimu diperintah seperti menginjak pematang sawah, karena pematang itu diinjak baru baik). Pandangan Gender dalam Budaya Suku Bugis-MakasarSlide28
Dalam
keluarga Manado menganut sistem patriarki, dengan menempatkan posisi laki-laki untuk memegang
peranan sentral di sektor publik. Namun demikian, saat ini banyak juga perempuan yang berperan di
sektor
publik
.
Fam
adalah
istilah dalam masyarakat Minahasa/Manado yang mengacu kepada nama keluarga atau marga yang dipakai di belakang nama depan. Fam diambil dari nama keluarga
dari orangtua laki-laki.
Pandangan
Gender dalam
Budaya
Suku
Manado
dipakainya.
Slide29
Budaya
Suku Timor didasarkan atas 2 (dua) garis keturunan, sistem perkawinan patrilineal dan
sistem matrilineal. Sistem yang dominan adalah sistem patrilineal.Sistem perkawinan tersebut menjunjung tinggi belis (mas kawin) yang
diberikan
oleh
calon
suami
kepada calon istri yang dimulai dari proses meminang, memberikan belis, dan pengesahan.Posisi perempuan dalam sistem parilineal masih terlihat terpinggirkan. Khususnya
dalam hal pengambilan keputusan
pada
musyawarah
suku,
kaum
perempuan
tidak
memiliki
hak
atau
tidak
diberi
kesempatan
untuk hadir apalagi berpendapatPandangan Gender dalam Budaya Suku TimorSlide30
Sistem
patrilineal mengatur bahwa anak laki-lakilah yang berhak menerima warisan, sementara anak
perempuan mendapat bagian sejauh diberi kesempatan oleh anak laki-laki.Berkaitan dengan pendidikan formal, maka sering
terjadi
bahwa
anak
perempuan
tidak diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bersekolah dibandingkan dengan anak laki-laki.Pandangan Gender dalam Budaya Suku TimorSlide31
Budaya Suku Sasak didasari atas sistem patriarki yang sangat kuat.
Proses melamar tidak dikenal dalam adat Suku Sasak, karena justru
jika seorang anak gadis dilamar secara baik-baik, maka harga diri keluarganya akan turun.Pasangan
muda-mudi
yang
berniat
menikah
memang
harus diawali proses pernikahan kawin lari dengan diawali penyusunan strategi penculikan pada malam hari yang disebut Merari.Proses membawa lari calon
pengantin perempuan paling lambat selama 3
hari, dan
pihak
laki-laki
harus
segera
memberitahu
keluarga
pihak
perempuan
.`
Pandangan
Gender dalam
Budaya Suku SasakSlide32
Calon
pengantin perempuan yang dibawa lari tidak boleh dibawa langsung ke rumah
pengantin laki-laki, namun harus dititipkan ke kerabat laki-laki.Puncak acara adat perkawinan Suku Sasak
dikenal
dengan
istilah
Sorong Serang Haji Kerama, yaitu upacara penyerahan sejumlah barang dan uang, sebagai perlambang tanggung jawab seorang laki-laki menikahi perempuan.
Pandangan Gender dalam Budaya Suku SasakSlide33
Suku
Sumba didasari oleh budaya patriarki yang mengutamakan laki-laki sebagai pihak yang menguasai dan
perempuan sebagai pihak yang dikuasai.Sistem paternalistik yang sangat kuat ini ditunjukkan oleh adanya sistem pembagian
warisan
harta
benda
,
yaitu anak laki-laki dapat menerima warisan harta benda langsung dari kakeknya tanpa harus melalui ayah dari anak laki-laki tersebutPandangan
Gender dalam Budaya Suku SumbaSlide34
Posisi
perempuan sangat lemah pada budaya Suku Sumba yang dicerminkan bahwa anak perempuan
tidak perlu disekolahkan setinggi-tingginya apabila dalam sebuah keluarga ada anak laki-laki.Peran orangtua sangat
besar
dalam
menentukan
jodoh
anaknya, terutama anak perempuan.Posisi perempuan dalam musyawarah adat adalah sangat lemah.Berkaitan dengan nilai anak, maka ada kepercayaan bahwa
anak perempuan tidak membawa
rejeki,
sedangkan
anak
laki-laki
pertama
dianggap
sebagai
pembawa
rejeki
dan
generasi
penerus
adat.Pandangan Gender dalam Budaya Suku SumbaSlide35
Budaya
suku Bali didasari atas sistem patriarki dengan menempatkan posisi laki-laki yang sangat
strategis dalam kehidupan keluarga patrilineal di Bali karena adanya legitimasi otoritas yang bersifat dogmatis.Anak laki-laki
terbesar
di
keluarga
Bali,
masih
dianggap ”Putra Mahkota” yang bisa meneruskan generasi, sehingga kecil kemungkinan anak laki-laki terbesar tersebut bisa ”lepas” dari lingkungan keluarganya.Kata ‘perempuan’ berasal
dari kata ‘empu’ yang berarti
merawat
atau
mendidik
.
Pandangan
Gender dalam
Budaya
Suku
BaliSlide36
Budaya
suku Irian didasari oleh budaya patriarkhi yang dipimpin oleh kepala keluarga
seorang laki-laki.Peran perempuan adalah dalam mengelola ekonomi rumahtangga dan mengurus urusan rumah tangga,
seperti
mengasuh
anak
,
membersihkan
rumah, mencuci, menanak nasi dan sebagainya.Posisi perempuan dalam hal pendidikan formal masih mengalami diskriminasi.Posisi perempuan dalam seni juga masih didiskriminasi.Pandangan Gender dalam Budaya Suku Irian
Slide37
Budaya
suku Irian didasari oleh budaya patriarkhi yang dipimpin oleh kepala keluarga
seorang laki-laki.Peran perempuan adalah dalam mengelola ekonomi rumahtangga dan mengurus urusan rumah tangga,
seperti
mengasuh
anak
,
membersihkan
rumah, mencuci, menanak nasi dan sebagainya.Posisi perempuan dalam hal pendidikan formal masih mengalami diskriminasi.Posisi perempuan dalam seni juga masih didiskriminasi.Pandangan Gender dalam Budaya Suku
Irian Slide38
T
ER
IMA KASIH