/
Desain Stasiun Kerja Desain Stasiun Kerja

Desain Stasiun Kerja - PowerPoint Presentation

min-jolicoeur
min-jolicoeur . @min-jolicoeur
Follow
420 views
Uploaded On 2017-07-08

Desain Stasiun Kerja - PPT Presentation

Tarwaka Solichul HAB Lilik Sudiajeng Ergonomi untuk Keselamatan Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN 9799833906 ergonomi Sedangkan Pulat 1992 menawarkan konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain produk ID: 567946

kerja dan dengan yang dan kerja yang dengan pada untuk dalam desain posisi berdiri produk amp atau duduk tinggi

Share:

Link:

Embed:

Download Presentation from below link

Download Presentation The PPT/PDF document "Desain Stasiun Kerja" is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.


Presentation Transcript

Slide1

Desain Stasiun Kerja

Tarwaka, Solichul HAB., Lilik SudiajengErgonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan ProduktivitasISBN: 979-98339-0-6Slide2

ergonomi

Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain produk. Konsep tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian, dan efisien dalam pemakaian.

Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999).

Mereka menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien.Slide3

Pendekatan De

sain ProdukMengetahui kebutuhan pemakai. Kebutuhan pemakai dapat didefinisikan berdasarkan kebutuhan dan orientasi pasar, wawancara langsung dengan pemakai produk yang potensial dan dan menggunakan pengalaman pribadi. Fungsi produk secara detail.

Fungsi spesifik produk yang dapat memuaskan pemakai harus dijelaskan secara detail melalui daftar item masing-masing fungsi produk.

Melakukan analisis pada tugas-tugas desain produk.

Mengembangkan produk

Melakukan uji terhadap pemakai produkSlide4

Desain yang Ergonomis

Lebih lanjut, suatu desain produk disebut ergonomis apabila secara antropometris, faal, biomekanik dan psikologis kompatibel dengan manusia pemakainya. Di dalam mendesain suatu produk maka harus berorientasi pada production friendly, distribution friendly, installation friendly,

operation friendly

dan

maintenance friendly

.

Di samping hal-hal tersebut diatas di dalam mendesain suatu produk yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suatu desain yang berpusat pada manusia pemakaianya atau

human centered design

(Sutalaksana, 1999).Slide5

Menurut Das and Sengupta

(1993) pendekatan sistemik untuk menentukan dimensi stasiun kerja, bisa dilakukan dengan cara:Mengidentifikasi variabilitas pemakai yang didasarkan pada etnik, jenis kelamin dan umur.Mendapatkan data antropometri yang relevan dengan populasi pemakai.Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pakaian, sepatu dan posisi normal. Menentukan kisaran tinggi dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi dan meja kerja yang dapat distel

.

Tata letak dari alat-alat tangan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan optimum.

Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek dengan pandangan yang tepat dan nyaman.

Review terhadap desain stasiun kerja secara berkala.Slide6

Corlett and Clark (1995)

Secara bagan hubungan atau interaksi antara operator dengan komponen kerja dapat dilihat pada bagan di bawah.Slide7

Antropometri Dalam Desain

Menurut Sanders & McCormick (1987); Pheasant (1988) dan Pulat (1992) bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Selanjutnya Annis & McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitanya dengan antropometri menjadi dua devisi utama yaitu:

Pertama, ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi dari devisi ini adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus dipelihara serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.

Kedua, ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.Slide8

Antropometri

Menurut Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut MacLeod (1995) menjelaskan bahwa faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan stasiun kerja.Slide9

Catatan Antropometri

Manusia itu berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-muda, kurus-gemuk, normal-cacat dll. Tetapi kita sering hanya mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat untuk menggunakan.

Contoh 1: Orang tua mungkin tidak sekuat dan sesehat, secerdas atau setajam orang yang lebih muda. Kita sadar bahwa orang tua mempunyai banyak pengalaman dan kemampuan, tetapi kita jarang memperhitungkan mereka saat mendesain alat atau stasiun kerja, sehingga mereka tidak dapat bekerja secara optimal.

Contoh 2: Tinggi meja kerja yang didesain hanya berdasarkan rata-rata tinggi tenaga kerja, maka orang yang pendek akan selalu mengangkat bahu dan leher, sedangkan orang yang tinggi akan membungkukkan punggung waktu kerja pada ketinggian meja yang sama.Slide10

Manusia mempunyai keterbatasan,

baik fisik maupun mentalContoh 1: Keterbatasan fisik: Letak tombol-tombol operasional dan kontrol panel pada mesin yang didesain berdasarkan ukuran panjang jangkauan orang tertinggi (seperti orang Eropa dan Amerika), maka orang yang lebih pendek (seperti orang Asia termasuk Indonesia) tidak dapat menjangkau kontrol panel tersebut dengan alamiah,

sehingga menyebabkan sikap paksa dan mungkin dapat menyebabkan kesalahan operasi.

Contoh 2: Keterbatasan mental: Kemampuan manusia dalam proses informasi juga sering mengalami pembebanan berlebih. Sehingga kesalahan dan keputusan yang tidak benar sering terjadi saat keterbatsan manusia terlampaui.Slide11

ekspektasi

Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa yang ada di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu kebawah berarti hidup, dll.

Kondisi tersebut menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa kondisi tersebut juga berlaku di mana saja.

Maka respon yang bersifat harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.Slide12

Pulat (1992) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk adalah sebagai berikut:

pekerjaan yang tidak memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki;pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan;tidak diperlukan tenaga dorong yang besar;.

objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian lebih dari 15 cm dari landasan kerja;

diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi;

pekerja dilakukan pada waktu yang lama; dan

seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan dengan posisi duduk.Slide13

posisi duduk

Fleksi lutut membentuk sudut 90o dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakan kaki (Pheasant, 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang akan membungkuk ke depan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari posisi rileks, sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman.

Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakainya. Slide14

ketinggian landasan kerja pada posisi duduk

Sanders & McCormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk sebagai berikut:jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik;

landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun

(sloping down slightly);

dan

ketinggi landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang berlebihan.Slide15

Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Berdiri

Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.

Posisi berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai keuntungan maupun kerugian.

Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Slide16

desain stasiun kerja berdiri

Pada desain stasiun kerja berdiri, untuk periode yang lama, maka kelelahan menjadi utama. Untuk meminimalkan pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan posisi kepala yang tidak alamiah.

Untuk maksud tersebut Pulat (1992) dan Clark (1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut:

tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;

harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg);

sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;

sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah; dan

di perlukan mobilitas tinggi.Slide17

landasan kerja untuk posisi berdiri

Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.

Manuaba (1986); Sanders & McCormick (1987); Grandjean (1993) memberikan rekomendasi ergonomis pada ketinggian landasan kerja posisi berdiri, didasarkan ketinggian siku berdiri sbb.

Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi pembebanan statis pada otot bagian belakang, tinggi landasan kerja adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.

Selama kerja manual, di mana pekerja sering memerlukan ruangan untuk peralatan; material dan kontainer dengan berbagai jenis, tinggi landasan kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri.Slide18

Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Dinamis

Clark (1996) memcoba mengkombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi duduk dan berdiri menjadi satu desain dengan batasan sebagai berikut:pekerjaan dilakukan dengan duduk pada suatu saat dan pada saat lainnya dilakukan dengan berdiri saling bergantian;perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm ke depan dan atau 15 cm di atas landasan kerja; dantinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90-105 cm, merupakan ketinggi yang paling tepat baik untuk posisi duduk dan berdiri.Slide19

Sikap Kerja DinamisSlide20

Stasiun Kerja DinamisSlide21

Kepustakaan

Annis, J.F. & McConville, J.T. 1996. Anthropometry. Dalam: Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 1-46.Clark, D.R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam: Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 279-302.Corlett, E.N. and Clark, T.S. 1995. The Ergonomics of Workspaces and Machines- A Design Manual. Taylor & Francis, 2

nd

eds. USA

Das, B. 1991. Industrial Work Stasiun and Work Space Design: An Ergonomic Approach. Dalam: Pulat, B.M. & Alexander, D.C. eds.

Industrial Ergonomics.

Industrial Engineering and Management Press. Institute of Industrial Engineers. Noreross Georgia. USA: 115-135.

Das, B and Sengupta, A.K., 1993. A Systemic Approach to Industrial Workstation Design. Dalam: Marras W.S., et al. Eds.

The Ergonomics of Manual Work.

: Taylor & Francis, London-Wasington DC.Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc. London. Slide22

Kepustakaan #2

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc. London. Helander, M. 1995. A Guide to the Ergonomics of Manufacturing. Taylor & Francis. Great Britain: 55-64.MacLeod, D., 1995. The Ergonomics Edge.

Van Nostrand reinhold, A Division of International Thomson Publishing Inc. USA.

Manuaba, A. 1986. Penerapan Ergonomi Kesehatan Kerja di Rumah Tangga. Dalam: Pembahasan Teknis Peningkatan Peranan Dharma Wanita dalam Gerakan Keluarga Sehat, Jakarta.

Manuaba, A. 1999. Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja dan Perusahaan. Dalam:

Proceedings Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia 2000

, Tehnology Business Operation Unit IPTN. Bandung: I:1-9.

Pheasant, S. 1988.

Body Space.

Anthropometry, Ergonomics and Design, Taylor & Francis. London.Slide23

Kepustakaan #3

Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International. Englewood Cliffs. New Jersey. USA.Sanders, M.S. & McCormick, E.J. 1987. Human Factors In Engineering and Design, 6th Sutalaksana, I.Z. 1999. Produk-Produk Ergonomis dan Strategi Mewujudkannya. Dalam: Proceedings Simposium dan Pameran Ergonomi Indonesia 2000.

Tehnology Business Operation Unit IPTN. Bandung: I:19-24.

Sutalaksana, I.Z. 2000. Duduk, Berdiri dan Ketenagakerjaan Indonesia. Dalam: Wignyosoebotro, S. & Wiratno, S.E. eds.

Proceedings Seminar Nasional Ergonomi

. PT. Guna Widya. Surabaya: 9-10.

Sutarman 1972. Pengetrapan Ergonomi di Perusahaan.

Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja

, Jakarja: V(1): 19-28.

Tarwaka 1995. Penyerasian Alat Kerja terhadap Perkembangan Antropometri Tenaga Kerja Wanita pada Sektor Industri Pakaian Jadi di Bali. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta: XXVIII(2): 47-55.Slide24

sekian

terimakasih