/
Pola Pikir Guru (dan Siswa) Pola Pikir Guru (dan Siswa)

Pola Pikir Guru (dan Siswa) - PowerPoint Presentation

min-jolicoeur
min-jolicoeur . @min-jolicoeur
Follow
376 views
Uploaded On 2018-11-08

Pola Pikir Guru (dan Siswa) - PPT Presentation

Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Prof Ir Abdullah Alkaff PhD Staf ahli menteri bidang organisasi Apa yang Berubah Ilmu Teknologi Sosial Budaya Ekonomi Kecepatan ID: 722275

yang dan siswa dengan dan yang dengan siswa tidak untuk pengetahuan kurikulum materi pembelajaran dari disajikan pada mata melalui guru hukum kajian

Share:

Link:

Embed:

Download Presentation from below link

Download Presentation The PPT/PDF document "Pola Pikir Guru (dan Siswa)" is the property of its rightful owner. Permission is granted to download and print the materials on this web site for personal, non-commercial use only, and to display it on your personal computer provided you do not modify the materials and that you retain all copyright notices contained in the materials. By downloading content from our website, you accept the terms of this agreement.


Presentation Transcript

Slide1

Pola Pikir Guru (dan Siswa)Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013

Prof. Ir. Abdullah Alkaff, Ph.D

Staf ahli menteri bidang organisasiSlide2

Apa yang Berubah?

Ilmu –Teknologi –

Sosial – Budaya – Ekonomi:

Kecepatan

Interaksi

Variasi

Kualitas

...

Data  Informasi  Pengetahuan  KearifanSlide3

Teknologi Pengetahuan

Teknologi Informasi:

Hukum Wiener...

Teknologi Komunikasi:

Hukum Metcalfe

Teknologi Komputasi:

Hukum Moore

Teknologi Otomasi

Hukum FordSlide4

Pengaruh Terhadap Pembelajaran

Berpengaruh terhadap pembelajaran:

Dimana

 tanpa sekat jarak (supply/demand)

Kapan

 tanpa sekat hari/jam

Siapa

 tanpa sekat pribadiApa  tanpa sekat pengajaranKonsep universal pengetahuan:Tidak berlaku hukum kekekalan massaTidak berlaku hukum konservasi energiTidak berlaku hukum beda potensial

Guru?

Kelas?

Murid?

Mapel?Slide5

5

Proses Pembelajaran yang Mendukung Kreativitas

Dyers, J.H. et al [2011], Innovators DNA, Harvard Business Review:

2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan

, 1/3 sisanya berasal dari genetik.

Kebalikannya berlaku untuk kemampuan

kecerdasan

yaitu: 1/3 dari pendidikan, 2/3 sisanya dari genetik.

Kemampuan kreativitas diperoleh melalui:

Observing [

mengamat]

Questioning [menanya]

Experimenting [mencoba] Associating [menalar]Networking [Membentuk jejaring]

Personal

Inter-personal

5

Pembelajaran berbasis

kecerdasan

tidak akan memberikan hasil siginifikan (hanya peningkatan 50%) dibandingkan yang berbasis kreativitas (sampai 200%)Slide6

Proses Penilaian yang Mendukung Kreativitas

Sharp

, C

. 2004. Developing young children’s creativity: what can we learn from research

?

Guru dapat membuat peserta didik

berperilaku

kreatif melalui:

tugas yang

tidak hanya memiliki satu jawaban

benar,

mentolerir jawaban yang nyeleneh, menekankan pada

proses bukan hanya hasil saja, memberanikan peserta didik

untuk:mencoba,

menentukan

sendiri yang kurang jelas/lengkap informasi,

memiliki interpretasi sendiri terkait pengetahuan/kejadian,memberikan keseimbangan antara kegiatan

terstruktur

dan

spontan/ekspresif

6Slide7

TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat katagori:

Low

mengukur kemampuan sampai level

knowing

Intermediate

mengukur kemampuan sampai level

applying

High mengukur kemampuan sampai level reasoning Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete informationModel Soal TIMSS

7Slide8

Hukum KreativitasKreativitas adalah menular

Kreativitas adalah benda gas

Kreativitas tidak dibatasi oleh sumber daya tetapi oleh imaginasi

Berlaku hukum universal pengetahuanSlide9

Pesan Sejalan Dengan Kurikulum 2013

“Education is what survives when what has been learnt has been forgotten.” Skinner

“Education

is what remains after one has forgotten what one has learned in school.

” Einstein

"A man paints with his brains and not with his hands.“

Michelangelo“Scientists are not those who gave the right answers, but those who raised the right questions” Levi-Strauss Slide10

Pembentukan Kompetensi Melalui Pembelajaran dan Pemanfaatannya

Pengetahuan

Sikap

Keterampilan

Pengetahuan

Keteram-pilan

Sikap

Pembelajaran

 K-S-A

Pemanfaatan

 A-S-K

Belajar Mengapa

Belajar Apa

Belajar Bagaimana

10Slide11

Perubahan yang Mempengaruhi Pola Pikir

No

Rumusan Kurikulum Baru

1

Pembelajaran disusun seimbang

mencakup

kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan2

Lintasan yang berbeda untuk proses pembentukan tiap kompetensi

3

Keterampilan ditekankan pada keterampilan berfikir menuju terbentuknya kreativitas. Kemampuan psikomotorik adalah penunjang

keterampilan.

4Pembelajaran melalui pendekatan scientific: MengamatiMenanyaMencobaMenalarMengkomunikasikan (berlaku untuk semua mapel/tema)5Model Pembelajaran:Discovery learningProject based learning Collaborative learning

11Slide12

Perubahan Pola Pikir Pembelajaran SD/MI

No

Rumusan Kurikulum Baru

1

Tidak

mengenal mata pelajaran:

Merujuk kepada kompetensi inti yang bebas mata pelajaran

Pembelajaran terpadu

2

Diawali dengan mengajak siswa untuk mengamati dan menanya:

Menahan diri untuk memberitahu

Menahan diri untuk tidak banyak bertanya,

mengajak siswa untuk bertanya3Bahasa Indonesia sebagai penghela pengetahuan  diawali dan diakhiri dengan penguatan Bahasa Indonesia4Keterampilan berbahasa (semi formal dan formal) harus didahulukan dari keterampilan lainnya5Matematika bukan berhitung: ada pola, bentuk, dll, PJOK-SBK juga bukan keterampilan psikomotorik, ....6

Keterampilan dapat berbentuk penyajian dan tindakan7

Memberi motivasi, membuat siswa menggemari pelajaran dan pembelajarannya

12Slide13

Perubahan Pola Pikir Pembelajaran SMP/MTs

No

Rumusan Kurikulum Baru

1

Penguatan pengetahuan prosedural. Semua mata pelajaran menekankan pentingnya prosedur:

detil, logis, sistematis

 algoritmis. Kebenaran prosedur lebih penting dari kebenaran hasil

2

Transisi dari konkret ke abstrak. Semua mata pelajaran berangkat dari pengamatan terhadap benda/kejadian/kegiatan konkret kemudian dibahas melalui

abstraksinya

3

Semua mapel meminta siswa mempraktekkan pengetahuan yang telah dipelajarinya

4IPS dan IPA tidak mengenal bidang ilmu turunannya, diajarkan sebagai satu kesatuan dengan pembahasan yang kontekstual:IPS melalui pemilihan tema modal pembangunan: SDL-I, SDA, SDM, SDS-B...IPA melalui pemilihan tema objek IPA: klasifikasi, transformasi, interaksi, 13Slide14

Perubahan Pola Pikir

No

Pola Pikir

1

Guru dan Buku Teks bukan satu-satunya sumber belajar

2

Kelas bukan satu-satunya tempat

belajar

3

Belajar

dapat dari lingkungan sekitar

4

Mengajak siswa mencari tahu, bukan diberi tahu5Membuat siswa suka bertanya, bukan guru yang sering bertanya6Menekankan pentingnya kolaborasi  Guru dan siswa adalah rekan belajar7Proses nomer satu, hasil nomer dua8

Teaching  Tutoring

9

Siswa memiliki kekhasan masing-masing

14Slide15

Ilmu Pengetahuan Sosial

No

Kurikulum Lama

Kurikulum Baru

1

Materi

disajikan terpisah menjadi Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi

Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.

2

Tidak ada platform, semua kajian berdiri

sejajar

Menggunakan Geografi

sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh.3Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata kajianDiajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya15Slide16

Ilmu Pengetahuan Alam

No

Kurikulum Lama

Kurikulum Baru

1

Materi

disajikan terpisah antara Fisika, Kimia, dan Biologi

Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Fisika, Kimia, Biologi

2

Tidak ada platform, semua kajian berdiri

sejajar

Menggunakan Biologi

sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan fenomena alam terkait dengan benda beserta interaksi diantara benda-benda tersebut. Tujuannya adalah menekankan pentingnya interaksi biologi, fisika, kimia dan kombinasinya dalam membentuk ikatan yang stabil. 3Materi ilmu bumi dan anta-riksa masih belum memadai [sebagian dibahas di IPS]Diperkaya dengan materi ilmu bumi dan antariksa sesuai dengan standar internasional4Materi kurang mendalam dan cenderung hafalanMateri diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional5Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata kajianDiajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami

pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya

16Slide17

Matematika

No

Kurikulum Lama

Kurikulum Baru

1

Langsung masuk ke materi abstrak

Mulai dari pengamatan

permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan

2

Banyak rumus yang harus dihafal

untuk menyelesaikan permasalahan (hanya bisa menggunakan)

Rumus diturunkan

oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya)3Permasalahan matematika selalu diasosiasikan dengan [direduksi menjadi] angka Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka [gambar, grafik, pola, dsb]4Tidak membiasakan siswa untuk berfikir kritis [hanya mekanistis]Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan5Metode penyelesaian masalah yang tidak terstrukturMembiasakan siswa berfikir algoritmis

6Data dan statistik dikenalkan di kelas IX saja

Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai dengan standar internasional

7Matematika adalah eksakMengenalkan konsep pendekatan

dan perkiraan

17Slide18

Bahasa Indonesia/Inggris

No

Kurikulum Lama

Kurikulum Baru

1

Materi yang diajarkan ditekankan pada tatabahasa/struktur bahasa

Materi yang dijarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan

2

Siswa tidak dibiasakan membaca dan

memahami makna teks yang disajikan

Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks

serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri

3Siswa tidak dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektifSiswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks4Siswa tidak dikenalkan tentang aturan-aturan teks yang sesuai dengan kebutuhanSiswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana)5Kurang menekankan pada pentingnya ekspresi dan spontanitas dalam berbahasaSiswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan

18Slide19

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran

No

Kurikulum Lama

Kurikulum Baru

1

Materi disajikan berdasarkan empat pilar dengan pembahasan

yang terpisah-pisah

Materi disajikan tidak

berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa

2

Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan

Materi disajikan berdasarkan

kebutuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab (taat norma, asas, dan aturan) 3Tidak ada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baikAdanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang baik4Pancasila dan Kewarganegaraan disajikan sebagai pengetahuan yang harus dihafalPancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan sikap keseharian.

19